Pak Belalang (Bag. 13)

Pak Belalang Bagian 13  ini berisi kisah tentang mimpi Pak Belalang.

Pak Belalang pernah bercerita tentang mimpinya kepada Mamak Kelampayan, dari Mamak Kelampayan kisah mimpi itu diceritakan kepada Si Pincang Si Lumpuh dan Si Lemah,

Pada suatu hari, Pak Belalang pernah bermimpi sembahyang di sebuah mesjid persegi empat di Kabbah Makkah, di dalam mesjid itu Pak Belalang ditemani oleh Kang Kabayan, di dalam mesjid itu nampaklah seorang Sang Imam sedang berceramah, rupanya isi ceramah itu menceritakan tentang kisah Pak Belalang,

Kang Kabayan telah lebih dahulu duduk di dalam mesjid itu, Sang Imam berceramah, “Pak Belalang yang nampak seperti bodoh di mata umum yang pernah kalian dengar pernah kalian baca dalam buku ataupun komik, tidaklah demikian, sesungguhnya Pak Belalang itu adalah seorang hamba Allah yang beriman Taqwa, Taat, Patuh, Sabar, Tabah, Ikhlas, Tawadhu, Tawakkal, selalu mengambil Hikmah dari segala perjalanan, selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah SWT, untuk menutupi ketaqwaan ketaatannya, Pak Belalang lebih menonjolkan sifat bodohnya, sifat akal-akalan, dan seolah-olah dinaungi keberuntungan, sesungguhnya manusia itu memang bodoh tak bisa apa-apa, kepintaran hanya milik Allah SWT,

Mendengar ceramah Sang Imam, Kang Kabayan tak kuat menahan rasa geli, ieu Sang Imam teu nyahoeun lamun Pak Belalang anu di caritakeun eta aya di dieu, keudeung deui geh Pak Belalang datang kadieu, Kang Kabayan berpura-pura sujud yang lama bari seuseurian, prilakunya ini dilakukan biar tidak diketahui oleh jemaah yang ada di dalam mesjid itu bahwa Kang Kabayan tertawa geli mendengar ceramah Sang Imam.

Tak lama datanglah Pak Belalang yang tak bisa menyembunyikan rasa gelinya, sambil senyum-senyum tertawa kecil tak kuat menahan rasa geli bahwa yang di kisahkan oleh Sang Imam mesjid itu adalah dirinya, komoh deui eta Kang kabayan, sujud sambil menutupi wajah dan mulut, agar tidak ketahuan kalau lagi tertawa, takut mengganggu kenyamanan penyimak yang lain saat Sang Imam ceramah di dalam mesjid itu,

Tak lama datanglah seorang anak kecil yang berbicara kepada Pak Belalang :

“hei kamu, yang sedang tertawa, kenapa kamu tertawa terus, kamu tahu gak kalo Imam itu sudah Haji,

“Bagi saya, mau dia haji mau dia Rakyat Jelata, mau dia Imam Mesjid, semua sama di mata Tuhan, bukan itu yang membedakan, tapi Derajat Kemuliyaan lah yang menjadi patokan seberapa dekat Hamba dengan Tuhannya.

Sang Imam nampak seperti menghentikan ceramahnya, sambil sedikit melirik dan tersenyum ke arah Pak Belalang, melihat hal itu pak Belalang tak kuasa menahan rasa ingin tertawanya, begitupun dengan Kang Kabayan, Kang Kabayan sampai terpingkal-pingkal, sambil guling-gulingan, ternyata yang menjadi Imam di mesjid itu adalah ……………. rahasia deh, hahahaha,,

Pak Belalang sambil tersenyum-senyum hendak melaksanakan sembahyang, setelah selesai sembahyang, tiba-tiba datanglah Pasukan Keamanan Kabbah itu, badannya besar seperti raksasa,

“Hei kamu, kenapa tertawa terus, kamu itu tau gak, bahwa kamu telah melecehkan Sang Imam,

“Bukan maksud saya mau melecehkan Sang Imam, tapi kehendak Yang di dalam diri ini yang menggerakkan mulut bibir dan suara saya, lagian walaupun itu menurut anda melecehkan, Sang Imamnya juga hanya tersenyum kog, dan tidak merasa dilecehkan, bilang saja kalau yang merasa tersinggung itu kamu, sudah akui saja.

“Kamu melawan yah,

Pasukan keamanan itu langsung memukul pinggang kiri Pak Belalang, Pak Belalang hanya diam saja, tak ada akibat apapun dampak dari pukulan Pasukan Keamanan itu, Pak Belalang hanya tersenyum, geli dan tertawa, di kejauhan terdengar sayup-sayup seseorang sedang mengaji, tak terasa rupanya waktu sudah mau memasuki subuh, terdengar sayup-sayup muadzin bersiap diri hendak melantunkan suara azan subuh, dan Pak Belalang pun terjaga dari mimpinya, ketika terbangun dari mimpi, mulut Pak Belalang masih dalam kondisi tersenyum geli, 🙂

Demikianlah Kisah Pak Belalang bagian 13 ini, semoga barokah manfaat.

Pak Belalang (Bag. 12)

Pada suatu hari, Pak Belalang di undang cara Do’a Bersama dalam rangka memperingati bulan maulud ditempat peramalan Tuan Guru, disana sudah hadir Pak Lebai Malang, Mamak Kelampayan dan Pak Pandir,

Assalamu’alaikum Warohmatullah,, Pak Belalang memberi salam, Wa’alaikumsalam Warohmatullah,, jawab beliau-beliau itu,

Tuan Guru angkat bicara, Alhamdulillah saudara kita Pak Belalang bisa hadir pada kesempatan ini, Baiklah kita buka acara ini dengan mengucap Bismillah, Syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua, sehingga kita bisa berkumpul disini untuk Do’a Bersama dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam,

Terima Kasih atas kedatangan semua jemaah, semoga apa yang kita kerjakan, kita perbuat di ridhoi Allah Ta’ala, Barokah Manfaat bagi kita semua, untuk mempersingkat waktu, mari kita mulai acara ini dengan hadiatan suratul fatehah kepada beliau-beliau yang telah lebih dahulu beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala, di lanjut dengan tahlil ditutup dengan Do’a.

Setelah pembacaan do’a berakhir, acara dilanjut dengan makan-makan minum ala kadarnya, disini baru nampak wajah-wajah yang berseri-seri setelah merem melek do’a bersama, begitu makanan dan minuman dihidangkan, jemaah sibuk masing-masing ada yang menikmati sate kambing, ada yang langsung menikmati kopi sama rokok, setelah asyik ngobrol sambil menikmati hidangan,

Satu persatu izin pamitan pulang kerumah masing-masing, tinggalah Pak Belalang, Pak Pandir, Pak Lebai Malang dan Mamak Kelampayan diruangan itu. pada kesempatan itu bertanyalah Pak Belalang kepada tuan guru,

“Yaa Tuan, sebab apa nabi kita Adam as diturunkan ke bumi ini, sedangkan dibumi ini tempat segala jenis kerusakan dan peperangan, sudah enak-enak disyurga, malah diturunkan kebumi, dibumi ini bila kita mau makan, kita harus menggemburkan tanah, menyebar bibit, setelah bertunas dirawat, disiram air, di pupuk, dijaga, setelah matang, pohon dipanen hasil buahnya, terus di masak, barulah kita bisa makan, Sedangkan di syurga itu, apa-apa yang diinginkan sudah disediakan, jadi kenapa nabi Adam AS mau-maunya di turunkan ke bumi? monggo silahkan di wedar, tiba-tiba ada yang bersuara,

  • “dibumi loba awewe geulis meureun kang”,, hehehehe,, celetuk Kang Kabayan yang rupanya dari tadi duduknya di belakang,,
  • “hehehe,, aih-aih si akang mah bisa wae, sugan teh geus balik titadi,
  • hehehe,, Keur asyik ngobrol jeung “lauk” di belakang,
  • aih aih,, kunaon eta lauk kang,
  • ho oh, ieu pak, ka ruh nya, ieu lauk embe, salah teu salah, najan kumaha geh tetep weh di sembelih, dikeletek kulitna, di belek dada na, di sayat-sayat, terus di panggang di api, saya teh sok ka ruh nya, teu tega, mending saya ngadahar cau weh lah kang, najan teu jelas nu mana cau nu mana pisang, nu penting mah didahar we lah, hehehehe,,
  • hahahaha,, kabayan,,, kabayan,, aya-aya wae, kadieu atuh, urang ngumpul bareng,

Ehemm hemmh,, Tuan Guru berdehem,, Baiklah,

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepada para malaikat tentang penciptaan Adam ‘alaihis salam, :

“Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al Baqarah: 30)

Yakni makhluk yang satu dengan yang lain saling menggantikan. Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan kepada para malaikat tentang penciptaan Adam sebagaimana Dia memberitahukan perkara besar sebelum terwujud.

Kemudian para malaikat bertanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala meminta diterangkan hikmah diciptakannya manusia, karena para malaikat mengetahui bahwa di antara manusia ada yang membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. mereka mengetahui demikian karena mereka melihat makhluk sebelum Adam, yaitu jin dan Hin (sekelompok jin atau golongan jin yang lemah). Menurut Ibnu Umar, dua ribu tahun sebelum Adam diciptakan, jin sudah ada (menempati bumi), lalu mereka menumpahkan darah, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus satu pasukan malaikat, lalu mereka mengusirnya ke jazirah laut.”

Menurut para malaikat, jika hikmah diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, maka sesungguhnya mereka telah beribadah kepada-Nya, mereka berkata,

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah: 30)

Dia mengetahui masalah yang lebih kuat dengan menciptakan Adam dan keturunannya, karena akan ada di antara mereka yang menjadi para nabi dan rasul, para shiddiqin, para syuhada, para ulama dan orang-orang yang mengamalkan agama-Nya, yang mencintai-Nya, dan mengikuti para rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘alaihis salam dari tanah di bumi dan airnya, lalu membentuknya dengan bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Di tiupkan Ruh ke dalamnya, maka jadilah dia sebagai manusia yang hidup yang terdiri dari daging, darah, dan tulang. Hari penciptaan Adam ‘alaihis salam adalah hari Jumat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya,

“Sebaik-baik hari yang matahari terbit padanya adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia dimasukkan ke surge, dan pada hari itu ia dikeluarkan darinya, dan Kiamat tidaklah terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, yang artinya, 

Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan Adam dari segenggam yang digenggam-Nya dari semua tanah di muka bumi. Oleh karena itu, anak cucu Adam hadir sesuai keadaan tanah (warna dan tabiatnya), maka di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam dan antara itu. Ada pula yang lunak, keras, yang jelek dan yang baik.” (HR. Tirmidzi, ia berkata, “Hadis ini hasan shahih.” Hadis ini dishahihkan pula oleh Syaikh Al Albani dalam Al Misykat (100) dan Ash Shahiihah (1630). Menurut penyusun Tuhfatul Ahwadzi, hadis ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, Abu Dawud, Hakim dan Baihaqi)

Setelah Adam hidup dan bisa bergerak, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepadanya nama-nama segala sesuatu, Dia berfirman,

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,” (QS. Al Baqarah: 31)

Menurut Ibnu Abbas, yaitu nama-nama yang biasa dikenal manusia, seperti manusia, hewan, tanah, tanah yang datar, laut, gunung, unta, keledai dan lain sebagainya seperti umat-umat dan lain-lain. Menurut Mujahid, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepadanya nama setiap binatang, setiap burung dan segala sesuatu. Menurut Ar Rabii’, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepadanya nama-nama para malaikat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menunjukkan keutamaan Adam dan kedudukannya di sisi-Nya kepada para malaikat, maka Dia tunjukkan kepada malaikat segala sesuatu yang telah diajarkan kepada Adam, Dia berfirman:

“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!” (QS. Al Baqarah: 31)

Para malaikat pun menjawab,

“Mahasuci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami.” (QS. Al Baqarah: 32)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepada Adam untuk memberitahukan kepada mereka nama-nama benda yang tidak diketahui para malaikat; mulailah Adam menyebutkan nama-nama benda yang diperlihatkan kepadanya, ketika itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada para malaikat,

“Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. Al Baqarah: 33)

Kemudian terjadilah dialog antara Adam ‘alaihis salam dengan para malaikat sebagaimana yang diceritakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita yang artinya :

“Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam dengan tingginya 60 hasta, kemudian Dia berfirman, “Pergilah dan ucapkan salam kepada para malaikat itu, lalu dengarkanlah salam penghormatan mereka kepadamu; sebagai salammu dan salam keturunanmu.” Maka Adam berkata, “As Salaamu ‘alaikum.” Mereka menjawab, “As Salaamu ‘alaika wa rahmatullah,” mereka menambah “wa rahmatullah.” Maka setiap orang yang masuk ke surga mengikuti rupa Adam, dan bentuk makhluk senantiasa berkurang (semakin pendek) hingga sekarang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan para malaikat untuk sujud kepada Adam untuk menghormatinya, maka mereka pun sujud kecuali Iblis, ia menolak sujud dan bersikap sombong terhadap perintah Tuhannya, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala bertanya kepadanya sedangkan Dia lebih mengetahui,

“Wahai Iblis! Apa yang menghalangimu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” (QS. Shaad: 75)

Lalu Iblis menjawab dengan Angkuh, Riak, Sombong, Takkabur, Iri, Dengki, Tammak, Serakah, Hasut, Khianat, Benci, Dendamnya ;

“Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Shaad: 76)

Iblis tidak menyadari padahal tanah lebih baik dari pada api, tanah lebih bermanfaat dari pada api, karena pada tanah terdapat ketenangan, mudah diolah dan menumbuhkan tanaman, sedangkan pada api terdapat keadaan yang tidak terarah, ringan, cepat dan membakar.

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan Iblis dari rahmat-Nya dan menjadikannya terusir dan terlaknat, Dia berfirman yang artinya,

“Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,– Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan.” (QS. Shaad: 77-78)

Kemudian Iblis semakin benci kepada Adam dan keturunannya, dia bersumpah dengan nama Allah untuk menghias keburukan kepada mereka, dia berkata,

“Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya,—Kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (QS. Shaad: 82-83)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepadanya,

“Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka semuanya.” (QS. Shaad: 85)

As Suddiy menceritakan dari Abu Shalih dan Abu Malik dari Ibnu Abbas, dan dari Murrah dari Ibnu Mas’ud serta dari beberapa orang sahabat, bahwa mereka berkata, “Iblis dikeluarkan dari surga dan Adam ditempatkan di surga, maka Adam berjalan-jalan di surga sendiri tanpa ada pasangan yang dapat menentramkannya, ia pun tidur, ketika bangun, ternyata di dekat kepalanya sudah ada seorang wanita yang duduk, Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakannya dari tulang rusuknya.

Adam lalu bertanya kepadanya, “Siapa engkau?” Ia menjawab, “Seorang wanita.” Adam bertanya, “Untuk apa engkau diciptakan?” Ia menjawab, “Agar engkau dapat merasa tenteram denganku.” Lalu para malaikat berkata kepadanya melihat ilmu yang dimiliki Adam, “Siapa namanya wahai Adam?” Ia menjawab, “Hawa’.” Mereka berkata lagi, “Mengapa (disebut) Hawa’?” Adam menjawab, “Karena ia diciptakan dari sesuatu yang hidup.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Adam dan Hawa’ untuk tinggal di surga dan memakan buah-buahan yang ada di sana serta menjauhi sebuah pohon sebagai ujian kepada keduanya, Allah berfirman,

“Wahai Adam! diamilah olehmu dan hawamu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.”(QS. Al Baqarah: 35)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memperingatkan Adam dan hawa agar tidak tergoda oleh Iblis serta mengingatkan permusuhan Iblis kepada keduanya, Allah berfirman,

“Wahai Adam! Sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi hawa, maka sekali-kali janganlah ia sampai mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.” (QS. Thaha: 117)

Mulailah Iblis berpikir tentang cara menyesatkan Adam dan Hawa’, setelah berhasil menemukan caranya, maka ia pun melakukan rencananya itu, ia pun mendatangi Adam dan Hawa’ dan berkata,

“Wahai Adam! Maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon kekekalan dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS. Thaha: 120)

Maka Adam dan Hawa membenarkan ucapan Iblis itu karena sumpahnya, dimana menurut keduanya tidak mungkin ada seorang yang berani bersumpah secara dusta dengan nama Allah, maka Adam dan Hawa pun pergi mendatangi pohon itu dan memakan buahnya. Ketika itulah terjadi peristiwa yang mengejutkan, keduanya terbuka auratnya dan telanjang karena maksiatnya dan keduanya pun merasa malu dan sedih sekali, segeralah keduanya mendatangi pepohonan dan memetik daun-daunnya untuk menutupi auratnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Adam dan Hawa’,

“Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu, “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”(QS.. Al A’raaf: 22)

Ketika itu Adam dan Hawa’ sangat menyesal sekali karena telah bermaksiat kepada Allah, segeralah keduanya bertobat dan beristighfar, keduanya berkata,

“Ya Tuhan Kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al A’raaf: 23)

Setelah Adam dan Hawa’ menyesal dan beristighfar, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima taubatnya dan memerintahkan keduanya untuk turun ke bumi dan hidup di sana.

Mulailah Adam dan hawa hidup di bumi dan membuka lembaran perjalanan hidupnya yang baru di sana. Di bumi itu, Adam memiliki banyak keturunan, ia mendidik dan mengajarkan mereka serta memberitahukan mereka, bahwa hidup di dunia merupakan ujian dan cobaan, dan hendaknya mereka berpegang teguh dengan petunjuk Allah serta berwaspada terhadap tipu daya iblis. Ia juga mengajak keturunannya agar menyembah Allah, memberitahukan kepada mereka tentang kebenaran dan keimanan, memperingatkan mereka akan bahayanya syirik, kemaksiatan, dan bahayanya menaati iblis sampai ia wafat.

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimi’rajkan ke langit, maka Beliau bertemu Nabi Adam ‘alaihis salam di langit pertama dan dikatakan kepada Beliau, “Ini adalah bapakmu Adam ‘alaihis salam, maka ucapkanlah salam kepadanya.” Maka Beliau mengucapkan salam kepadanya dan Adam ‘alaihis salam menjawab salamnya dan berkata, “Selamat datang anak yang saleh dan nabi yang saleh.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberitahukan kepada kita, bahwa manusia akan mendatangi Adam ‘alaihis salam dan berkata, “Wahai Adam, engkau adalah bapak manusia. Allah menciptakanmu dengan tangan-Nya, meniupkan  ruh (ciptaan)-Nya kepadamu, dan memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadamu dan menempatkanmu di surga, tidakkah engkau memberikan syafaat untuk kami kepada Tuhanmu, tidakkah engkau melihat keadaan kami ini dan apa yang menimpa kami? Tetapi Adam ‘alaihis salam tidak bisa memberikannya dan menyebutkan uzurnya. Ia malu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena pernah memakan pohon yang dilarang-Nya sehingga ia menyuruh mereka pergi mendatangi nabi yang lain.

Eheemhh,, ehemmh,, Tuan Guru menghentikan wedarannya, meminum air dan menyalakan rokok, serta meluruskan duduknya, “berbicaralah Pak Belalang kepada Kang Kabayan sambil nowel paha kang Kabayan, mangga atuh di leueut cau na,, hihihihihi,, Kang Kabayan nyeletuk, “cau mah di dahar kos kieu yeuh,, lain di leueut,, hihihihi, semua tertawa melihat ulah kang kabayan yang tanpa basa basi langsung menyambar hidangan pisang di hadapannya.

Tak lama Mamak Kelampayan dan yang lain pun hendak berpamitan, “mengingat hari sudah mulai malam, kami pun hendak pamitan, izin mau pulang ke rumah, terima kasih atas segala wedarannya, geus san ieu, hayu lah urang balik, saya geh rek pulang, punteun ieu mah mbah, lain ku nanaon, ari nempo cau teh sok inget ka anak, Tuan guru tersenyum, dan beranjak ambil kantong keresek di belakang, pisang setengah sisir dimasukin ke kantong, sambil dikasih ke Kang Kabayan, ini cau bawa pulang kerumah, kasih ka anak, hehehehe,,

Dengan Mengucap salam, kamipun pulang dari rumah tuan guru, 

Demikianlah kisah Nabi Adam AS ini,, semoga barokah manfaat bagi kita semua,, Aamiin,,

Pak Belalang (Bag. 11)

Pak Belalang Bagian 11
Pada suatu waktu suatu tempat, Pak Belalang bercerita kepada SI Buta, SI Tuli, dan Si Bisu, bahwa pada suatu kesempatan, kami berempat Pak Belalang, Mamak Kelampayan, Pak Lebai Malang dan Pak Pandir, pernah berjumpa dengan tuan guru, pada kesempatan itu, Tuan Guru menceritakan kepada kami tentang seonggok “Tengkorak Kering” yang bisa berbicara, kisah cerita ini sama sahabatku Mamak Kelampayan sudah dikisahkan kepada Si Pincang, Si Lumpuh dan Si Lemah, begitupun juga dengan saudaraku Pak Lebai Malang, beliaupun sudah mengkisahkan cerita itu kepada Si Malas, Si Lupa dan Si Lalai, demikian halnya Pak Pandir telah menceritakan kisah ini kepada Si Bodoh, Si Awam dan Si Dha’if, Nah sekarang sudah selayaknya Pak Belalang menyampaikan kisah ini kepada Si Buta, Si Tuli dan Si Bisu, bila sudah diceritakan kepada kalian, sebaiknya jangan kalian sampaikan cerita ini kepada orang lain, tapi sebelumnya, berangkatlah kalian kedapur, buatlah kopi barang empat gelas sebagai teman kita bercakap-cakap malam ini.
Pada satu kesempatan, Nabi Isa a.s. pernah menjumpai seonggok tengkorak di tengah jalan yang jauh di luar pemukiman manusia. Kemudian beliau berdo’a kepada Allah SWT agar tengkorak itu dapat berbicara sehingga ia dapat melakukan dialog dengannya. Tengkorak itu adalah bekas seorang raja yang bernama Raja Jumjumah.
 
Atas takdir Allah, tiba-tiba terdengar dari mulut kepala tengkorak itu suara, katanya, “Ya Nabi Isa, telah diperintahkan oleh Allah terhadap tengkorak kering ini agar dapat berkata kata denganmu, maka tanyailah apa-apa yang engkau kehendaki. Salam Allah Ta’ala kepadamu, ya Nabi Isa Ruhullah.”
 
Nabi Isa berkata, “Hai tengkorak yang kering, kulit pun tidak ada padamu, maka apa-apa yang kutanyakan kepadamu, jawablah hai tengkorak yang kering.”
 
Ujar sang tengkorak. “Tanyakanlah tuan apa-apa yang dikehendaki hati tuan; dengan takdir Allah hamba akan menjawab segala pertanyaan tuan.”
 
Mulailah pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Isa diajukan kepada tengkorak itu,
 
“Hai tengkorak yang kering, laki-laki atau perempuankah engkau, merdekakah, ataukah seorang budak; Islam atau kafirkah engkau; berbahagia atau sengsarakah engkau; mulia atau hinakah engkau, kaya atau miskinkah engkau, engkau pemurah atau kikirkah; raja atau menteri?”
 
 
 
Tengkorak kering itu pun menyahut, “Ya Nabi Isa ruhullah, hamba laki-laki bukan seorang perempuan; dan hamba ini merdeka bukan budak, dan hamba orang Islam bukan seorang kafir, dan hamba orang mulia, bukan orang hina, dan hamba orang celaka bukan orang bahagia di akhirat; hamba orang kaya, bukan orang miskin, dan hamba seorang pemurah bukan orang kikir, dan hamba seorang baik, bukan seorang jahat, dan hamba seorang tua, bukan anak muda; dan hamba berasal dari seorang raja, bukan seorang menteri”.
 
“Dahulu, ya Nabi Isa Ruhullah, rupa hamba sangat baik dan juga sangat menakjubkan lagi elok rupanya dari seluruh rupa. Sangat gemilang bercahaya. Demikianlah keindahan paras hamba, jika siapa pun melihat melihat rupa hamba, pastilah ia heran dan tercengang dengan postur tubuh hamba yang gagah. Ketahuilah bahwa hambalah yang pemurah di daratan Mesir dan Syam.
 
“Dahulu kerajaan hamba sangat besar. Pada waktu hamba hendak pergi berangkat atau bertamasya pergi berburu, mungkin berjumlah enam belas ribu budak pengiring. Belum termasuk hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentaranya. Sedangkan rakyat hamba tidak terhitung jumlahnya, melainkan Allah SWT dan Rasul-Nya juga yang mengetahuinya. Gajah, kuda, dan unta hamba tidak terhitung banyaknya pula. Enam belas ribu budak hamba diberi pakaian yang beraneka ragam. Empat ribu orang mengenakan pakaian seragam yang berwarna kuning. Empat ribu lainnya memakai seragam berwarna merah. Empat ribu lainnya memakai seragam hijau. Pada pakaian mereka dikenakan emas, perak, dan kumuda. Emas yang bertahtakan mutu manikam. Ada pula hiasan burung rajawali dan burung merak. Di mana bulunya tersusun dari emas. Empat ribu orangnya memegang senjata dari emas”.
 
“Di sebelah kanan seribu orang memegang pedang emas. Di sebelah kiri seribu orang memegang keris. Di bagian belakang hamba memegang tombak. Empat ribu orang mengendarai kuda sembrani Di sebelah kanan hamba seribu orang penunggang kuda yang berseragam hijau. Di sebelah kiri penunggang kuda berwarna. Di hadapan hamba kuda yang berseragam putih. Para penunggang kuda tersebut mengenakan pakaian berwarna emas dan memegang senjata kerajaan, ya Nabi Isa Ruhullah. Adapun tentara dan rakyat hamba itu tidak terhitung banyaknya, melainkan Allah dan Rasul- Nya yang mengetahui”.
 
“Demikianlah kebesaran kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Tidak seorang pun dari raja-raja melakukan perlawanan terhadap hamba. Dan tidak pula kerajaan-kerajannya menyamai kerajaan hamba dan kebesaran hamba. Dahulu, seluruh raja pada jaman hamba berada di bawah kekuasaan hamba, serta mereka diwajibkan memberi upeti kepada hamba. Dahulu, tiga puluh ribu unta di bawah kekuasaanku. Gajah, unta, dan kuda tidak terhitung jumlahnya.”
 
Ujar Nabi Isa , “Hai Raja Jumjumah, berapa lama tuan tinggal dalam kerajaan tuan?”
 
Raja Jumjumah menyahut, “Ya Nabi Isa Ruhullah, empat ratus tahun lamanya berada dalam kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Dengan dermawan hamba dalam sehari semalam hamba (pernah) memberikan sedekah sebesar sejuta dinar dan dirham kepada fakir miskin dan musafir. Pada waktu dahulu, setiap hari hamba memberikan pakaian kepada para alim. Demikianlah perihal perbuatan hamba di dunia senantiasa dilakukan”.
 
“Dahulu, seluruh mesjid dan mushola yang berada di daratan Mesir dan Syam yang perlu diperbaiki akan hamba perintahkan untuk diperbaiki. Demikianlah perihal dari perbuatan hamba di dunia. Akan tetapi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam juga yang tidak disembah selain dari-Nya, hanya Dialah yang memberikan harta pada, hamba-Nya.”
 
Nabi Isa bertanya lagi, “Hai Raja Jumjumah, bagaimana engkau merasakan kekurangan di dunia, dan bagaimana engkau merasakan sakaratul maut, dan bagaimana rasanya minum pada saat sakaratul maut, dan bagaimana merasakannya saat berada di dalam kubur?”
 
Raja Jumjumah pun menjawab, “Ya Nabi Isa Ruhullah, amat ajaib dan sangat sukar dan menyakitkan atas seluruh hal yang tuan tanyakan kepada hamba. Sekarang hamba akan ceritakan kepada tuan mengenai kematian hamba”.
 
“Pada satu kesempatan, hamba pergi mandi ke sungai Alhamd dengan seluruh hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentara, dan sebagian rakyat hamba turut serta mengiringi. Setelah mandi, hamba naik ke darat, kemudian duduk di tepi sungai itu. Hamba pun merasakan kedinginan pada tubuh seperti hendak demam. Hamba segera pulang ke istana Para pengiring hamba pun terlihat berduka atas keadaan yang dialami hamba”.
 
“Setelah tiba di istana, hamba berbaring di atas permadani yang bersipuhkan emas dan bertahtakan ratna mutu manikam. Kata hamba kepada seluruh menteri dan para budak: ’Hai kalian, pergilah kepada tabib yang telah mengobati aku, karena selama empat hari demam masih dirasa’, dan aku pun menghentikannya atas penyakitku ini”.
 
“Kemudian datanglah orang yang akan mengobati. Namun pengobatannya dirasakan tidak memberi manfaat. Hingga selama lima hari demam hamba semakin terasa. Lalu hati hamba berkata, Wah badanku, akan berpisahlah nyawa dan badan, seperti seorang yang sangat mengasihi seorang yang lainnya. Kemudian berpisahlah keduanya, rasanya adalah bagaikan kehilangan kesadaran, dan terbakarlah hati keduanya. Dan apa pun yang dilakukan, bagi hamba tidak akan menjadikan penghibur, karena sangat cintanya kepada sang kekasih dan selalu teringat terhadap perpisahannya tersebut”.
 
“Demikianlah cintanya kepada nyawa hamba, saat berpisah dengan badan hamba. Dari kehendak yang memiliki kehendak itu, maka ridhalah hamba akan kehendaknya ini. Kemudian hamba pun berpikir dalam hati, Oh, niscaya aku akan mati juga, karena terlihat muka aku menjadi pucat tidak seperti biasanya, dan berduka citalah hamba”.
 
“Sesaat kemudian terdengar suatu bunyi, katanya, ‘Kenalkah engkau terhadap siksaan orang durhaka, karena ia tidak beribadah kepada Allah Ta’ala Tuhan semesta alam (sebagaimana mestinya)’. Dan hamba lihat seorang laki-laki amat besar datang ke hadapan hamba. Kemudian ditikamnya dada hamba begitu sakitnya hamba merasakan hal demikian”.
 
“Tersentaklah diri hamba dan lemah lunglailah dirasakan. Selanjutnya didengar lagi suara, ‘Keluarkanlah nyawa orang yang durhaka ini’. Maka seluruh tubuh hamba terasa seperti bercerai-berai. Seluruh sendi-sendi tulang hamba terbaring di atas bantal. Ketika itu, anak isteri dan keluarga hamba begitu menangisi karena cintanya kepada hamba. Oh, aku ini akhirnya mati juga pada hari ini, saat ini telah datang ajalku”.
 
“Waktu itu, tidak ada seorang pun yang dapat menolong hamba, dan tidaklah dapat menyertai hamba. Hamba pun melihat seluruh anak isteri dan seluruh keluarga hamba Maka hamba melihat seluruh anak isteri dan keluarga hamba menangis dengan sangat berdukanya, karena sayangnya kepadaku”.
 
“Pada saat itu, tidak seorang pun dapat memberikan faedah dan manfaat kepada hamba, melainkan karena apa apa yang telah diberikan kepada para ulama dan fakir miskin dahulu itulah yang menolong hamba. Sedangkan apa-apa baik kenikmatan, makanan yang dimakan, pakaian yang terbuat dan emas yang dipakai dahulu, kini ia menjadi siksaan dan azab kepada hamba”.
 
“Kemudian datanglah Malaikat Maut kepada hamba dengan bunyinya yang berat. Kepala dan kakinya berada pada tujuh lapis langit hingga ke tujuh lapis bumi, serta sebelah sayapnya merupakan azab dan sayap lainnya adalah rahmat. Ketika itu, mukanya ada enam, ya Nabi Isa Ruhullah. Kesatu dari atas; kedua muka kanan; ketiga muka kiri; keempat di bagian depan; kelima di bagian belakang; dan keenam di bagian bawah.”
 
Bertanyalah kembali Nabi Isa, “Hai Raja Jumjumah tengkorak kering, apa yang Anda pertanyakan kepada malaikat maut.”
 
Jawab sang Raja, “Ada pertanyaan yang diajukan, yaitu, ‘Hai Malaikat, apa sebabnya mukamu itu ada enam. Sahut malaikat, Hai Raja Jumjumah, orang durhaka celaka. Ketahuilah olehmu, bahwasanya mukaku dari atas kerjanya mengambil nyawa seluruh nyawa anbiya. Mukaku dari depan, akan mengambil nyawa seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Muka di bagian belakang berperan dalam mengambil nyawa orang-orang kafir. Mukaku di bagian kanan mengambil nyawa penghuni wilayah Masyrik dan sebelah kirinya mengambil nyawa penghuni wilayah Maghrib. Dan Mukaku di sebelah bawah mengambil nyawa segala jin dan setan”.
 
Nabi Isa mengajukan pertanyaan berikut, “Hai Raja Jumjumah, bagaimana kau merasakan kedatangan kematian?”
 
Raja Jumjumah berucap, “Ya Nabi Isa Ruhullah, pada satu waktu, datanglah Malaikat maut kepada hamba, la datang mengambil nyawa hamba. Lalu kulihat ia beserta dengan tiga puluh malaikat yang disuruhnya untuk memegang lidah hamba agar jangan menjerit akibat dari rasa takut yang dahsyat, dan mendengarkan suara mereka, tulang belulang hamba lemah lunglai rasanya. Jika para penghuni wilayah Maghrib mendengarkan suara itu yang seperti halilintar yang membelah. Demikianlah suaranya itu”.
 
“Selanjutnya, ketiga puluh malaikat tersebut diperintahkan oleh Allah untuk memegang kaki hamba agar jangan bergerak. Kemudian diperintahkan oleh Allah untuk melontarkan tembaga ke dada hamba yang kemudian hancur. Begitu sangat sakit dan panasnya terasa di dada hamba. Sekali lagi . diperintahkan oleh Allah Ta’ala seorang malaikat untuk memegang leher hamba serta dipakaikannya rantai dan belenggu pada leher hamba, dan dipakaikannya tali kekang terbuat dari api pada mulut hamba oleh malaikat, dan disiksanya hamba. Begitu menderita hamba akibat sakitnya itu, maka ucap hamba kepada malaikat yang menyiksa hamba,’lepaskanlah hamba dari siksa ini, sebagai upahnya akan kuberikan seluruh harta, anak isteri, segala budak hamba’.
 
“Setelah mendengar perkataan hamba tadi maka disapunya mulut hamba oleh Mala’katul Maut dan dirasakannya oleh seluruh anggota tubuh seperti hancur lebur rasanya. Malaikat itu berkata, ‘Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwa kami ini bukan (akan) mengambil upah dari kamu, karena kami mengerjakan perintah dari Tuhan kami dengan sesungguhnya. Begitulah kami yang akan mengerjakan dengan sebenar-benarnya. Kami bukanlah seperti kamu manusia yang bersaksi dengan dusta dan bersumpah dengan tidak sebenarnya, dan meninggalkan perintah Allah Ta’ala, serta mengerjakan larangan-larangannya. Oleh karena itu, laknat Allah kepada kamu, dan azab Allah yang menyiksa dengan tiada berkesudahan hingga hari kiamat’.”
 
Pertanyaan berikut yang dilontarkan oleh Nabi Isa, “Hai Raja Jumjumah, ketika nyawamu lepas, bagaimana kau merasakan rasa sakitnya, dan tatkala tubuhmu terlentang setelah ditinggalkan nyawanya, bagaimana juga rasa sakitnya?”
 
Dijawab oleh Raja Jumjumah, “Ya Nabi Isa Ruhullah, ketika nyawa hamba diambil oleh malaikat maut, beribu-ribu sakitnya dirasakan oleh hamba melebihi seperti ditikam dengan senjata, dan melebihi sakitnya daripada kambing hidup yang dikuliti, dan seperti kain yang teramat tipis lalu dimasukkan ke dalam air, kemudian dibuang ke atas duri-duri, setelah itu ditarik oleh pemilik kainnya, maka luluh lantaklah rasanya ketika nyawa hamba diambil oleh Malaikat Maut, dan setelah itu badan hamba merasakan sakitnya, ketika nyawa sudah diambil oleh Malaikat Maut, dan terbaringlah tubuh hamba di atas tikar. Apabila bergerak lantai rumah hamba, dirasakanlah kembali rasa sakitnya. Ketika diangkat untuk dimandikan oleh orang-orang, dan ketika digosok-gosok saat memandikan, hamba merasakannya begitu sakit. Setelah itu, dikafanilah hamba,
kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah.”
 
“Hai Raja Jumjumah, bagaimana rasanya ketika masuk ke bumi dan (mendengar) suara dari pertanyaan Munkar dan Nakir?” tanya Nabi Isa kembali.
 
Raja Jumjumah menyahut, “Ya Nabi Isa Ruhullah, setelah selesai hamba dikuburkan oleh jama’ah, kemudian datanglah dua malaikat, pertama bernama Munkar, dan yang kedua bernama Nakir yang diperintahkan oleh Allah untuk menanyai orang-orang di dalam kubur. Kemudian kata kedua malaikat tersebut kepada hamba. Hai orang durhaka yang celaka, tutiskan olehmu perbuatan yang telah engkau perbuat di dalam dunia, baik jahat maupun baik semuanya. Seluruhnya tuliskan olehmu; jangan kau sembunyikan, agar di hadirat Allah semuanya itu dibalas”.
 
“Kata hamba, untuk menulis itu, apa tintanya, kalamnya, dan kertasnya untuk hamba. Ujar Malaikat itu, ‘Hai orang durhaka yang celaka, sebagai tintanya adalah air mulutmu, kalamnya adalah telunjukmu, dan kertasnya itu adalah kain kafanmu. Maka seluruh perbuatanmu yang baik dan jahat; dosa besar dan dosa kecil seluruhnya tuliskan olehmu; segeralah kautuliskan. Mengapakah, hai orang durhaka yang celaka, dirimu diam, apakah itu keinginanmu?’. Oleh karenanya, ditulislah oleh hamba”.
 
“Dalam pikiran hamba mengatakan bahwa ternyata banyaklah dosa hamba, dan sedikit saja pahala hamba. Ah, tidak akan kutulis dosa-dosanya. Malaikat berkata. ‘Hai orang durhaka yang celaka, tuliskan seluruh dosamu yang kauperbuat. Dari dosa besar maupun dosa kecil jangan engkau sembunyikan. Selanjutnya hamba tuliskan semuanya baik jahat maupun baik. Kata hamba, ‘Wah, sekarang dosaku sangat banyak tidak terhitung lagi, ya Nabi Isa Ruhullah. Segala hal perbuatannya tidaklah dapat hamba katakan kepada tuan, melainkan Allah SWT juga yang amat mengetahuinya”.
 
“Tiba-tiba ada dua malaikat yang sangat hitam, amat tinggi dan besar seperti pohon kurma. Dari mulutnya keluar api yang menyala-nyala. Kemudian berkata kepada hamba, katanya, ‘Hai orang durhaka yang celaka, siapa Tuhanmu, siapa nabimu, apa agamamu, siapa imammu, apa kiblatmu, dan siapa saudaramu”?
 
“Lalu sahut hamba, ‘Engkaulah Tuhanku”.
 
“Setelah didengar jawaban tersebut oleh malaikat, ia sangat marah. Kemudian dipecut dengan cemetinya yang bercabang-cabang. Setiap cabangnya keluar api yang menyala. Kalau saja cemeti yang bercabang itu dipukulkan ke atas bumi ini, maka akan ratalah ia atau bukit pun akan rata dan terlihat hancur.
 
“Demikianlah, hamba dipukulnya, yang menyebabkan tubuh hamba hancur. Persendian-persendian tulang pun cerai-berai. Dagingnya juga hancur-lebur. ibarat awan yang ditiup angin kencang. Demikianlah rasanya; dipukul tiga kali berturut-turut. Malaikat berkata lagi, ‘Hai bumi, jepitlah orang durhaka yang celaka itu. Makanlah olehmu dagingnya sebagai suatu rejeki, karena ia orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala’. Setelah itu, dijepitlah hamba oleh bumi. Habislah luluh lantaklah tubuh hamba, serta daging pun hancur tercerai-berai. Persendian-persendian tulang juga hancur-remuk. Ujar bumi, ‘Hai orang durhaka yang celaka, tatkala engkau tinggal di atasku. seluruh keinginanmu yang durhaka kaulakukan di atasku, seperti zina, dan lain-lainnya yang dilarang oleh Allah SWT”.
 
“Setelah dijepit oleh tanah tersebut, bumi berkata kembali, ‘Hai orang celaka yang durhaka, sekarang engkau masuk ke dalam perutku, maka akulah rupa yang buruk, dan akulah rumah yang berisi siksaaan akulah juga rumah yang berisi seluruh bau busuk dan anyir”.
 
“Selanjutnya, hamba melihat dua orang yang sangat hitam rupanya. Kepalanya sangat besar seperti bukit di negeri Syam. Kedua orang itu yang ternyata adalah malaikat, kemudian membawa hamba”.
 
“Setibanya di bawah ‘Arsy Allah Ta’ala, terdengarlah oleh hamba satu suara, yang mengatakan, ‘Hai Malaikat-Ku, bawalah orang durhaka yang celaka itu ke dalam neraka. Buanglah ia ke dalam siksa yang sangat menyiksa itu’. Kemudian hamba dibawa oleh malaikat itu ke neraka. Sesampainya di pintu neraka, hamba diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, seraya mengatakan, Hai Malaikat Zabaniyah, masukkan orang yang celaka ini ke dalam neraka Siksalah dia dengan siksaan yang sangat menyiksa”.
 
“Setelah itu, hamba pun dimasukkan ke dalam neraka yang amat sangat menyiksa itu. Terlalu banyak macamnya siksaan dan azab yang hamba lihat. Hamba sering menangis dan mengerang menyaksikan keadaan siksa neraka itu. Ucap hamba, ‘Oh, siapa lagi yang hamba harapkan, dan siapa lagi yang akan mengasihi hamba. Oh, bagi hamba sangat diharamkan sekali-kali untuk berbuat dosa, seandainya hamba berada di dalam dunia hanya sesaat saja lamanya”.
 
“Pada waktu itu, hamba tidak mengetahui lagi bagaimana nasib hamba selanjutnya. Namun, kemudian hamba melihat empat buah kursi tersimpan di kanan dan kiri ‘Arsy Allah Ta’ala. Lalu hamba menanyakan kepada malaikat yang menyiksa hamba mengenai siapa yang mendapatkan anugerah Allah Ta’ala Al Karim itu. Jawab Malaikat, Adapun satu kursi itu adalah dianugerahklan kepada Nabi Muhammad Rasulullah. Satu kursi berikut adalah untuk Nabi Ibrahim khalilullah. Satu kursi lagi untuk Nabi Isa Ruhullah Dan satu kursi sisanya adalah bagi Nabi Musa Kalamullah”.
 
“Pada saat itu, hamba lihat seorang tua duduk di atas satu kursi dan dari hidungnya senantiasa keluar api. Beberapa malaikat diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk memasukkan orang tua itu ke dalam neraka, serta dirantai yang membelenggu dan tali. Setelah selesai menjalani segala macam siksaan, hamba lihat ia dibawa ke atas mimbar. Bawalah ia ke dalam neraka dan rantailah serta belenggulah dan kekanglah pada lehernya. Sesungguhnya orang ini durhaka yang celaka tidak mau menuruti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya’.
 
“Dalam menjalani siksaan, rambut hamba habis terlepas dari kulit. Tulang hamba pun hancur dan patah-patah. Bibir hamba seperti bukit Haliyah besarnya. Tubuh hamba besarnya seluas seperti jauhnya orang yang mengendarai kuda sembrani selama tiga hari tiga malam. Seperti jarak itulah besarnya. Jika orang lari dengan kuda sembrani yang sangat tangkas selama tiga hari tiga malam, maka tebal bibir atas bawahnya sama seperti itu. Hidung hamba pun seperti bukit besarnya. Sementara mata dan telinga menjadi hamba tuli”.
 
“Hamba juga dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit api neraka. Di dalam baju itu terdapat macam-macam binatang, seperti ular, kalajengking, dan lipan yang tercipta dari api neraka. Jika saja binatang-binatang itu diturunkan ke bumi, maka seluruh isi bumi dapat ditutupi oleh karena besar tubuhnya. Dan dengan marahnya binatang-binatang itu menggigit tubuh hamba”.
 
“Awalnya perut hamba diikat dengan tali dari api neraka, dan diikatkan kepada satu pohon yang tercipta dari api neraka juga. Selanjutnya kaki hamba disimpan di atas. Sedangkan kepala disimpan di bawah, seperti orang yang digantung sungsang andai saja penghuni dunia menyaksikan penyiksaan itu, niscaya seluruhnya akan sangat terkejut dan takut karena kedahsyatan siksaan itu. Setelah selesai dari tempat ini, hamba dibawa kepada saksi lain. Kemudian diserahkanlah hamba kepada Malaikat Zabaniyah”.
 
“Hamba disuruh untuk memakai suatu sepatu terbuat dari api yang panjangnya sepuluh gaz (+110 meter) dan tingginya empat puluh gaz. Apabila dipakai ke kaki sepatu itu, maka timbullah rasa hangus di dalam dada dan sangat meruyak hingga serasa hancur lebur. Asapnya naik sampai ke otak hamba. Ya Nabi Isa Ruhullah, makanan hamba dari tembaga dan timah yang melebur”.
 
“Setelah selesai menjalani siksan di tempat ini, kemudian hamba dibawa ke satu bukit api neraka Hamba lihat beribu-ribu bukit dari api neraka. Di atas bukit-bukit itu, terdapat batu-batu dari api neraka juga. Ada pula pepohonan yang tercipta dari api neraka pula, serta binatang-binatangnya yang terbuat dan api neraka juga”.
 
“Pada satu bukitnya, terdapat siksaan beribu-ribu macam, dan beribu-ribu macam api. Terdapat pula sungai-sungai api yang airnya berasal dari tembaga, timah, dan besi yang telah melebur. Ada juga airnya yang berasal dari darah dan nanah yang berbau sangat anyir dan busuk.”
 
“Tiap-tiap sungai, airnya berputar-putar, dan bunyinya bagaikan guruh dan halilintar yang membelah angkasa. Demikianlah yang hamba dengar, terdengar hingga seribu tahun perjalanan manusia”.
 
“Ketika hamba sampai di atas bukit. Binatang-binatang itu disuruh oleh malaikat Zabaniyah menyiksa hamba beratus-ratus kali. Andai saja anak dari dari seekor ular di antaranya yang terjatuh ke bumi, maka hancurlah bumi karena bisanya”.
 
“Lalu hamba dibawa ke dalam sungai. Seluruh anggota badan dan persendian tulang rasanya seperti hancur lebur. Tiga ratus kali hamba digigit, kemudian di bawah bukit beribu-ribu siksaan dan azab Allah Ta’ala hamba rasakan lagi, dan tubuh hamba diikat dengan tali dan api dan dirantai yang terbuat dari api juga. Hamba pun diikatkan kepada sebuah pohon yang terbuat dari api neraka juga. Sedangkan rantai membelenggu hamba dan dililitkan pula kepada pohon itu. Hanguslah tubuh hamba dan hancurlah daging hamba rasanya”.
 
“Hamba sendiri ketika hidup kembali tidaklah ada bandingannya siksaan-siksaan yang telah dialami itu, ya Nabi Isa Ruhullah. Begitu menderitanya, hamba pun menangis dengan menjadi-jadi serta berseru-seru kepada Allah Azza wa Jala, ‘Ya Ilahi, Ya Robbi, Ya Saidi, Ya Maulayya, Ya Tuhanku, telah hanguslah segala tubuh hambamu dan hancur leburlah daging hamba, serta meluruh dari kulitnya hamba rasakan ya Tuhanku, perut hamba pun jadi melorot ke bawah, hingga hamba dapat duduk di atasnya’. Demikianlah seruan hamba ke hadirat Allah Ta’ala. ya Nabi Isa Ruhullah”.
 
“Hamba kemudian lihat banyak orang yang mendapat siksa, dan datanglah ular, kalajengking, dan lipan dari api menggigit mereka sama seperti yang menggigit tubuh hamba. Mereka pun meraung-raung karena terlalu sangat sakitnya. Dan menangis begitu memilukan. Hamba katakan, ‘Hai Malaikat Zabaniyah, apakah dosanya dari orang-orang itu hingga disiksa dengan yang demikian itu?”.
 
“Malaikat Zabaniyah menjawab, Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwasanya orang itu tidak mau mandi junub serta tidak suci dirinya ketika ia pergi ke mesjid, demikianlah dosanya orang itu.”
 
Raja Jumjumah berkata, “Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat orang-orang yang matanya dituangi dengan api yang menyala-nyala, la terbaring dan tergantung seraya berseru kepada Allah SWT. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, mengenai hal itu. la menjawab bahwa sesungguhnya orang itu ketika di dalam dunia sering mengintip aurat isteri orang lain, serta berusaha menggodanya.
 
“Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba juga melihat seorang perempuan yang tengah muntah-muntah dengan lidahnya yang menjulur hingga ke kakinya. Dari mulutnya keluar nanah dan darah yang menggumpal-gurnpal. Kemudian disuapinya dengan daging dari api, serta digantung secara sungsang. Kepalanya di posisi bawah sedangkan kakinya berada di atas. Dan di bawahnya ada api yang menyala-nyala, la menyeru-nyeru dengan tangisannya yang sangat memilukan; suaranya begitu ramai menyayat. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, ‘Apakah dosa dari orang itu’? Malaikat menyahut, ‘Mereka itulah yang telah melakukan aborsi”.
 
“Sebagian yang hamba lihat lehernya tergantung pada rantai dari api yang menyala-nyala, dan hamba bertanya lagi kepada Malaikat Zabaniyah, Apa dosanya orang itu?’ ‘Orang itu tidaklah sekali-kali mau mengambil air untuk, sembahyang ketika hidupnya di dalam dunia’, ujar Malaikat Zabaniyah.”
 
“Seluruh persendian hamba pun lemah dan letih rasanya. Tubuh hamba pun bergemetar, karena kedahsyatan dan ketakutan hamba menyaksikan azab Allah Ta’ala tersebut, ya Nabi Isa Ruhullah. Lalu hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, Siapa yang mandi dan siapa pula yang meminum air sungai tersebut? “
 
“Dijawab oleh Malaikat Zabaniyah, Hai orang durhaka yang celaka, adapun yang mandi dan minum air sungai itu adalah orang-orang yang disiksa di dalam neraka”.
 
“Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu beribu-ribu selokan dari api neraka, dan dari selokan tersebut terdapat beribu-ribu rumah; dari satu rumah, terdapat beribu-ribu pintunya; dan dari satu pintunya, terdapat beribu-ribu bilik dan beribu-ribu bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu ambalan; dan dari satu ambalan, terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal dan beribu ribu azab Allah Ta’ala; dan seluruh siksaan tersebut, berasal dari api juga”
 
“Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada mahligai dari api dan pada satu mahligainya terdapat beribu-ribu pintu, dan pada satu pintu terdapat beribu-ribu bilik dan bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal. Bahwasanya pada tiap-tiap barang tersebut, kainnya berasal dari api neraka”.
 
“Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada bermacam-macam
binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.
 
“Sesudah hamba merasakan dan melihat berbagai macam siksaan neraka, hamba dibawa oleh malaikat Zabaniyah ke atas bukit yang bernama bukit Sakuna. Sampai ke atas bukit tersebut dapat ditempuh oleh manusia biasa adalah selama 70.000 tahun. Dan terdapat 70.000 tempat pemberhentian. Terdapat pula 70.000 macam siksa di tempat itu, ya Nabi Isa Ruhullah”.
 
“Di bukit Sakuna terdapat 70.000 malaikat yang pekerjaannya adalah menghancurkan tembaga, timah, dan besi sebagai bahan untuk menyiksa orang yang tidak mau menuruti akan perintah Allah Ta’ala dan Rasul Nya, juga menyiksai hamba di bukit itu Hamba rasakan tidak ada sesuatu pun yang menyamai azab tersebut”.
 
“Ya Nabi Isa Ruhullah, seluruh siksaan yang ada di dalam dunia, tidak ada satu pun yang sama dengan siksaaan yang ada di akhirat. Di bukit itu hamba lihat dan hamba dengar, penuh dengan ular dan kalajengking, dan binatang-binatang buas isinya”.
 
Ucap Raja Jumjumah, “Ya Nabi Isa Ruhullah, adalah bermacam-macam siksaan yang hamba lihat yang tidak mungkin habis hamba ceritakan kepada tuanku mengenai siksaan itu. Setelah selesai hamba menjalani siksaan-siksaan, maka datanglah seorang malaikat untuk menyampaikan amanat dari Allah kepada Malaikat Zabaniyah bahwa Allah Ta’ala telah mengampuni dosaku. Allah Ta’ala telah menganugerahi kasihnya. Penyiksaan kepadaku dilakukan karena perintah Allah semata. Dan kini aku telah diampuni oleh Allah Ta’ala terhadap seluruh dosaku.”
 
Nabi Isa berbicara, “Hai Raja Jumjumah, berbahagialah tuan telah begitu besar dianugerahi Allah SWT telah melepaskan azab. Sesungguhnya segala perbuatan jika tidak benar niatnya, maka sembahyang dan ibadahnya pun tidak akan memberinya manfaat apapun”.
 
“Hai Raja Jumjumah, ceritakanlah oleh Tuan seluruh siksaan yang telah dialami kepada orang-orang agar mereka menjadi takut dan bertobat setelah mendengarkannya.”
 
Kata Raja Jumjumah, “Ya Nabi Isa ruhullah, tidaklah hamba dapat merasakan penderitaan lagi, dan tidaklah pula dapat menceritakan lagi mengenai siksaan siksaan dan azab Allah Ta’ala. Karena tuan adalah Ruhullah, hamba mohonkan kepada Allah SWT agar dapat hidup kembali dan masuk ke dalam perut ibu hamba supaya dapat berbakti ke hadirat Tuhan RobbulArsyil Azim, maka semoga dapat terlepas dari siksaan yang telah hamba rasakan, dan hamba telah
melihatnya juga. Akan tetapi terhadap kerajaan hamba, janganlah tuan mohonkan hamba untuk kembali lagi berkuasa.”
 
Setelah Nabi Isa Ruhullah mendengar permohonan tersebut, ia segera mengambil segengggam tanah. Kemudian dibasuhkanlah kepada kepala tengkorak dan ditutupnya dengan kain putih.
 
Selanjutnya, Nabi Isa as melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kepada Allah agar keinginan dari Raja Jumjumah dapat terkabul. Allah SWT pun mengabulkan permohonan Rasul-Nya itu.

Kaji Diri

Mari kita luangkan waktu untuk sama-sama Belajar Bersama,

TITIK

Candi

Mengutif pembicaraan antara Abu Nawas yang bercerita kepada Mamak Kalampayan lalu menceritakan pula kepada Pak Lebai Malang yang pada suatu hari juga berdongeng kepada Pak Belalang, Kisah ini sampailah kepada Kang Kabayan.

Kiamat menurut Islam di tandai dengan beberapa pertanda,

  • Kemunculan Imam Mahdi

  • Kemunculan Dajjal

  • Turunnya Nabi Allah Isa

  • Kemunculan Ya’juj Ma’juj

  • Terbitnya Matahari dari Barat ke Timur

  • Pintu maaf, pintu pengampunan Tertutup

  • Dabbatul Ardhi, Dabbat Al Ard, Binatang Melata keluar dari tanah dan akan menandai mu’min yang sebenar-benarnya,

  • Kabut selama 40 Hari yang akan mematikan semua orang-orang yang beriman sezati,

  • Sebuah kebakaran besar akan menyebabkan kerusakan

  • Pemusnahan/runtuhnya Ka’bah

  • Tulisan dalam Al Quran akan lenyap

  • Sangkakala akan ditiup pertama kalinya membuat semua makhluk hidup merasa bimbang dan ketakutan

  • Tiupan sangkakala yang kedua kalinya akan membuat semua makhluk hidup mati dan yang ketiga yang membuat setiap makhluk hidup bangkit kembali

“jika engkau lebih mengejar duniawi dari pada mengejar dekat dengan-Ku maka akan Aku berikan, tapi Aku akan menjauhkan kalian dari syurga-Ku”

Yang dimaksud dengan dajjal yang bermata satu, artinya hanya memandang sebelah mata, hanya menganggap bahwa apapun itu di dunialah ini segala-galanya, orang-orang yang hanya memikirkan duniawi dari pada akhirat.

Kerugian meninggalkan kewajiban, tergantung yaqin akan ilmu dan ikhlas beramal :

  • Subuh, Cahaya wajah akan pudar,

  • Zuhur, Berokah penghasilan akan hilang,

  • Asar, Kesehatan mulai terganggu,

  • Maghrib, Pertolongan anak cucu sangat jauh di akhirat nanti,

  • Isya’, Kedamaian dalam tidur sulit didapatkan,

Dengan niat Belajar, mari kita belajar bersama, ikhlas beramal ( sampaikanlah ilmu walau hanya 1 ayat) Saling Asah Saling Asih Saling Asuh saling nasehat menasehati, ketika sedang ziarah kubur :

  • DIRI adalah tempat yang paling gelap di antara yang gelap, maka terangilah diri dengan Niat Suci Yaqin Iman Taqwa Taat Patuh Sabar Tabah Ikhlas Ridho Tawadhu Tawakkal Hikmah Syukur,

  • DIRI adalah tempat yang paling sempit, maka luaskanlah diri dengan bersilaturahiim,

  • DIRI adalah tempat yang paling sepi maka ramaikanlah diri dengan memperbanyak mengkaji Al Quran, menjalani, mengalami, mengerti dan faham.

  • DIRI adalah tempatnya penyakit-penyakit yang merusak, maka racunilah ia dengan Ilmu Ikhlas beramal soleh berzakat berinfak dan bersodaqoh,

  • DIRI yang menyempitkanmu hingga hancur bilamana Angkuh Riak, Sombong, Takkabur, Iri, Dengki, Tammak, Serakah, Tak pernah Puas, Hasut Khianat Benci Dendam Kesumat, bebaskan kesempitan itu dengan Dzikrullah Ingat Kepada Allah SWT dengan penuh kesadaran,

  • DIRI adalah tempat untuk menenggelamkanmu kedalam hawa nafsu yang sangat menyakitkan, bebaskan belenggu itu dengan berpuasa,

  • DIRI adalah tempat Malaikat bertanya, Persiapkanlah jawaban dengan memperbanyak mengucapkan Kalimah “LAILAHAILALLAH”

Sampaikanlah walau hanya satu ayat, walaupun itu disampaikan hanya kepada satu makhluk hidup.

  • Disaat anda membawa DIRI, Iblis biasa-biasa saja dan memperhatikan,

  • Disaat anda membukanya, Iblis mulai curiga, dan mencegahnya,

  • Disaat anda membacanya, Iblis mulai gelisah, dan mencegahnya,

  • Disaat anda mengkajinya, Iblis mulai kejang-kejang dan mulai menjaga jarak dengan sesekali mencegahnya secara halus,

  • Disaat anda menjalaninya, mengalaminya, Iblis mulai mengibarkan bendera peperangan,

  • Disaat anda mengerti dan memahaminya, ia mulai menjauhi, bila ia mendekat hangus terbakar,

  • Disaat anda mengamalkannya dalam setiap sendi kehidupan, Iblis melemparkan handuk tanda menyerah,

  • Disaat anda membaca ini, ia mulai bergejolak dengan bermacam rasa,

  • Ketika anda ingin membaca tentang ini, lagi-lagi iblis mencegahnya,

  • Ketika anda hendak mengkaji tentang ini, lagi-lagi iblis mempengaruhinya,

  • Iblis berbisik;“Buat apa semua ini, hal ini hanya membuang waktumu saja, hanya sia-sia belaka, tak ada gunanya,

“Walau hanya sebesar debu amal perbuatan, apapun yang dilakukan, jangankan yang nyata, hal-hal yang tersembunyi di DALAM hatipun Allah SWT Mengetahui dan memperhitungkannya”

“Tidak ada sesuatupun yang sia-sia dijadikan Allah SWT”

“Tidak Akan AKU jadikan Alam Semesta ini kalau bukan karena NUR Muhammad,”

Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud ‘Kalian tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kalian’ adalah kalian tadinya mati dalam sulbi orang tua masing-masing, tidak berupa apa-apa sampai Allah menciptakan kalian, kemudian Dia mematikan kalian dengan kematian yang sebenarnya, lalu Allah hidupkan kalian kembali ketika Dia membangkitkan kalian. Ibnu Abbas juga mengatakan bahwa ini seperti firman Allah dalam ayat lain, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan Engkau telah menghidupkan kami dua kali pula.” (QS Al-Mu’min: 11)

Tukang

Tukang Bangunan

Tukang Bangunan

Kebanyakan orang tua menginginkan anaknya berhasil sukses, sekolah tinggi, diterima kerja di pemerintahan, dapet gaji bulanan, dikasih jabatan, tidak kekurangan pendapatan, biaya hidup serba kecukupan, bila menginginkan kendaraan mobil atau rumah SK bisa di jadikan agunan, istri bisa ikut arisan bulanan, untuk urusan dunia sudah ada jaminan,

Tapi di balik itu semua, Sangat jarang orang tua mengarahkan anaknya untuk menjadi Tukang, padahal untuk bisa menjadi Tukang ini diperlukan banyak pengalaman, menguasai medan, mengetahui arah tujuan, mengenai hasil rezeki kebutuhan hidup, semua sudah ada, sudah disediakan, tinggal bagaimana cara kita meraihnya, tentunya sesuai dengan kemampuan masing-masing Tukang,

1 Muharram 1437 H

MekkahMadinah

Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 pada hari Rabu tanggal 14 Oktober 2015, 1 Muharram Tahun Baru 1437 Hijriyah kali ini, semoga kita dapat membawa kesadaran masyarakat terhadap makna sesungguhnya Ingat dan Sadar, yang tak lepas dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

“Peringatan pada tahun ini juga diharapkan bisa mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik,” itulah makna tahun baru Islam yang sebenarnya. Setiap memasuki tahun baru Islam, kaum Muslim hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. 

 
Peristiwa HIJRAH umat Islam dari Makkah ke Madinah bukan saja mengandung nilai sejarah dan strategi perjuangan, tapi juga mengandung nilai-nilai dan pelajaran berharga bagi perbaikan kehidupan umat secara pribadi dan kejayaan kaum Muslim pada umumnya.
 
Maka, seyogianya dalam memaknai tahun baru Islam ini, kita menggali kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah. 

Keutamaan Tahun Hijriyah

Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).
Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura). 
 
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Sayyidina Umar bin Khattab. 
 

Seandainya Sayyidina Umar berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan “Tahun Umar” sangatlah mudah baginya melakukan itu. Sayyidina Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Sayyidina Umar malah menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi umat Islam. 

 
Selain Sayyidina Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Keponakan Rasulullah Saw inilah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
 
”Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum mukminin.” 
Tahap Awal Daulah Islamiyah

Hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat Islam, yang diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Jalinan ukhuwah yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh itu telah membawa Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke berbagai penjuru bumi. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. 

 

Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. 

 
Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. 
Allah SWT mengingatkan dalam QS 59:18,  ”Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat).” 

Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, menambah Iman Taqwa,

”Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,” sabda Rasulullah. Kita ubah ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat peduli dengan semangat zakat, infak, dan sedekah kepada fakir miskin, anak yatim piatu, bisa melalui badan amil zakat ataupun melalui yayasan-yayasan yang berbasis pembinaan pendidikan, pondok pesantren, panti asuhan atau disumbangkan ke tempat-tempat ibadah,

Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan dan kerja sama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja, mengubah hidup pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri, dan tidak bergantung pada belas kasih orang lain.

Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum Muhajirin dan Anshar, umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu memenangkan kemuliaan disisi Allah SWT, menegakkan syi’ar Islam berazaskan tauhid,

Sejarah Tahun Baru Islam : Kalender Hijriyah

Seperti disebutkan di atas, setidaknya ada dua nama penting dalam sejarah kalender Hijriyah, yakni 

  1. Sayyidina Umar bin Khathab sebagai pencetus ide penetapan kalender Islam.
  2. Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai penggagas awal perhitungan tahun.

“Pada suatu hari Sayyidina Umar bin Khathab memanggil dewan permusyawaratan untuk membicarakan perihal sistim penanggalan. Sayyidina Ali bin Ali Thalib mengusulkan agar penanggalan Islam dimulai sejak peristiwa hijrah ke Madinah, Usul Sayyidina Ali bin Ali Thalib kemudian diterima sidang. Sayyidina Umar menerima keputusan sidang dan mendekritkan berlakunya Tahun Hijriyah. Peristiwa hijrah merupakan momentum zaman baru pengembangan Islam, melandasi kedaulatan Islam”.

Momentum Ukhuwah Islamiyah

Sistem Penanggalan Tahun Hijriyah merefleksikan suatu moment perjuangan umat Islam untuk tetap survive, yakni dengan hijrah dari Makkah ke Madinah. 

Hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah tempat tatanan masyarakat Islam terbentuk. 
 
Pembangunan Daulah Islamiyah Madinah oleh Nabi Muhammad Saw diawali dengan:
  1. Pembangunan masjid (Masjid Quba) sebagai sentral aktivitas umat Islam.
  2. Penguatan rasa persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
  3. Penyusunan Piagam Madinah sebagai “konstitusi” Negara Islam Madinah yang mengatur hubungan antar warga masyarakat Madinah, termasuk hubungan Umat Islam dengan kaum Yahudi.
Kaum Muhajirin-Anshar telah membuktikan bahwa ukhuwah Islamiyah atau solidaritas Islam bisa membawa umat Islam jaya dan disegani,
 
Daulah Islamiyah yang dibangun mereka di Madinah dengan tuntunan langsung Nabi Muhammad Rosulullah Saw telah menunjukkan toleransi yang sangat tinggi terhadap sesama manusia.
Maka, setiap pergantian Tahun Hijriyah, sebenarnya merupakan momentum pengeratan solidaritas sesama Muslim. 
 
Kita saling mengingatkan bahwa sesama manusia, mukmin itu bersaudara, bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (Qs Al-Hujarat 10).

“Orang Mukmin satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan” HR. Bukhari dan Muslim].

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. [HR Bukhari, Muslim, Ahmad].

Semoga kita memahami sejarah tahun baru Islam dengan benar, menyikapinya dengan benar, juga mampu menggali maknanya dengan benar pula hingga mampu memicu semangat hijrah dalam diri, menuju iman, taqwa, taat, patuh, sabar, tabah, ikhlas, tawakkal, tawadhu, hikmah dari peristiwa, selalu bersyukur atas segala nikmat Allah SWT, ilmu yang bermanfaat, dan juga amal yang lebih baik, Aamiin.

Pak Belalang (Bag. 10)

Gambar Tawon hinggap dikaki, kiriman dari sahabat diseberang pulau sumatra

Pak Belalang Bagian 10 ini menceritakan tentang “Persahabatan dengan Alam” dalam kehidupan keseharian Pak Belalang, semenjak ditinggal istrinya yang pergi ketempat saudaranya, tinggallah Pak Belalang sendiri di rumah, Tidur-tidur sendiri, bangun sendiri, cuci pakaian di sungai sendiri, mandi sendiri, makan minum juga sendiri, 

Pada suatu hari datanglah seekor Tawon kerumah Pak Belalang, dilihatnya tawon itu mondar mandir kesana kemari seperti yang sedang kebingungan, tak lama hinggaplah tawon itu di sebuah kusen pintu kamar Pak Belalang, setelah diperhatikan, tawon tersebut seperti mengeluarkan sesuatu liur dari mulutnya, melalui liur ini lah tawon tersebut membuat sarangnya,

Setelah mengetahui kegiatan dari pada tawon tersebut, Pak Belalang mulai bertanya-tanya dalam hati, betapa sulitnya seekor tawon menjalani kehidupan, terbang mencari madu diputik-putik bunga, terbang dari bunga yang satu ke bunga yang lain, setelah terkumpul terbanglah mereka kesebuah tempat yang menurut mereka aman, di tempat itulah dia membuat sarang,

Dalam kesibukkannya membuat sarang, tawon tersebut merupakan tawon yang pintar, dapat mengetahui jalan masuk dan juga jalan keluar mencari sari pati bunga, bila masuk dari jendela keluarpun dari jendela, bila keluar dari pintu masuknya dari pintu itu juga,

Suatu hari Pak Belalang sedang duduk santai ditepi jendela, menghirup dan menikmati udara segar yang bertiup dari gunung turun ke lembah, betapa segarnya udara yang dinikmati pada pagi hari itu, ditambah lagi dengan harumnya aroma kopi hangat, 

Pak Belalang teringat dengan tawon yang hinggap dan sedang membangun sarang dikusen pintu kamar di dalam rumah Pak Belalang, dilihatnya tawon itu hendak keluar dari kamar, seperti menundukkan kepala sebentar, terus langsung terbang mengarah ke Pak Belalang, Pak Belalang terasa gelisah, didalam hati bergumam, “jangan-jangan nanti saya di sengatnya”, seketika itu tawon berhenti di udara sambil mengepakkan sayapnya, seperti hendak menyampaikan sesuatu dengan mengeluarkan bebunyian dari kepakkan sayapnya, setelah itu tawon itu pun keluar jendela tepat disamping Pak Belalang, lalu terbang semakin jauh menyisakan sebuah titik hitam kuning di awan, selanjutnya titik itupun lenyap ditelan awan,

Keesokan harinya seperti biasa, duduk lagi dipinggir jendela, tiba-tiba terdengar suara yang dikeluarkan dari kepakkan sayapnya seperti menyebut Assalamu’alaikum, dengan serta merta Pak Belalang menjawab Wa’alaikumsalam warohmatullah, tak lama kemudian tawon itu berlalu lagi seperti biasa di samping Pak Belalang,

Pak Belalang mengambil sebuah kitab, di carinya didalam kitab itu, didapatlah sebuah ayat yang berbunyi :

“Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah : Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia.

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.
(QS. An Nahl [16]: 68-69)

Ternyata ada sebagian haq tawon untuk membuat sarang ditempat-tempat yang dibuat oleh manusia,

Suatu ketika Tawon itu pun berdiam diri didepan sarangnya, seperti hendak menyampaikan sesuatu, tiba-tiba Pak Belalang merasa seperti kesetrum tidak ingat apa-apa, lalu seperti mendengar suatu yang berkata-kata :

Lebah itu bisa Berbicara kepada Pak Belalang, Ya tuan, sebelumnya maafkan kami, yang telah membuat kotor dirumah tuan, maafkan kami yang telah membuat sarang di kusen pintu ini, bukan kehendak kami, tapi inilah tempat yang terbaik bagi kami, sebuah tempat yang diberikan dan dipilihkan kepada kami, hanya saja ini merupakan suatu kebetulan, bahwa rumah ini merupakan rumah Pak Belalang,

Kehidupan kami sama juga dengan kehidupan makhluk-makhluk yang lain, sebelum kami mempunyai keturunan, kami membuatkan sarang untuk kami dan keluarga kami, dengan berusaha kami mencari sari pati bunga, mengumpulkannya di dalam sarang itu, kami membangun sarang kami dengan liur kami, entah apa namanya bila didunia biologi, dengan liur ini lah kami membuat sarang untuk melanjutkan generasi penerus tawon dari keturunan kami, bila tuan merasa terusik dengan kehadiran kami disini, kami,,,, owh tidak,, tidak,,, jangan diteruskan,,, saya dengan senang hati justru senang telah ditemani oleh kalian, saya merasa terhibur, dan banyak yang bisa saya ambil hikmah dari pelajaran ini, anggaplah saya sebagai saudara kalian, “baiklah tuan, jika begitu adanya, sayapun merasa bahagia, saya berangkat kerja lagi ya tuan,

Setelah selesai bercakap-cakap, Pak Belalang merasa kecapaian, rasanya seperti habis bekerja mencangkul disawah berhektar-hektar, lalu Pak Belalang pergi kedapur menyeduh segelas kopi.

Demikianlah Kisah dongeng Pak Belalang Bagian 10 ini, kisah ini hanya sekedar dongeng dari nagari antah berantah, tentang persahabatan Pak Belalang dengan Alam.

Belajar Bersama

Belajar Bersama Alam

Setiap hari kita hidup dihadapkan pada perbedaan, begitu kita keluar dari rahim ibu kita, kita sudah dihadapkan kepada dunia yang tidak sama lagi seperti ketika kita masih hidup didalam rahim ibu, disinilah kita perlu untuk Belajar Bersama,

  • Belajar Bersama Guru kita,
  • Belajar Bersama Orang Tua kita,
  • Belajar Bersama Tetangga kita,
  • Belajar Bersama Sahabat kita,
  • Belajar Bersama Alam,
  • Belajar Bersama Secara Online,
  • Belajar Bersama Dimana saja kita berada,
  • Belajar, Belajar dan terus Belajar.

Sebagai Insan Al Abror yang ada di dunia ini, sebaiknya kita mengetahui bahwasanya sejak kita terlahir kedunia, kebodohan kita sudah dibelah dan terbelah, mari kita kaji bersama, bahwa sedari ujung rambut sampai ke ujung ke-malu-an, kebodohan kita sudah dibelah, lihatlah melalui cermin atau kita saling berhadap-hadapan kita memperhatikan teman, dan teman memperhatikan kita, kita belajar berkaca DIRI, mari kita lihat dimulai dari kepala sampai ujung perut.

  • Garis tegak lurus diantara kedua alis,
  • Garis tegak lurus di antara kedua mata, ( garis hidung )
  • Garis tegak lurus yang memisahkan kedua lobang hidung kita,
  • Garis tegak lurus dibawah hidung kita, ( garis kumis )
  • Garis tegak lurus dibibir atas,
  • Garis tegak lurus dilidah,
  • Garis tegak lurus di bibir bawah,
  • Garis tegak lurus diujung leher,
  • Garis tegak lurus diujung leher,
  • Garis tegak lurus yang memisahkan dada kiri dan kanan,
  • Garis tegak lurus pusat keatas dan kebawah,
  • Garis tegak lurus dikemaluan.

Garis tegak lurus tersebut terhubung dari kepala sampai kemaluan, garis tersebut yang terbelah yang memisahkan kiri dan kanan anggota tubuh kita, sebagai bukti bahwa kita sedari terlahir sebagai Insan Al Abror kebodohan kita sudah dibelah menjadi dua, bagian kiri dan kanan, sebagai manusia kita hidup didunia berpasang-pasangan,

  • Bagian kiri kita ditujukan kepada niat dan laku yang jahat
  • Bagian kanan kita ditujukan kepada niat dan laku yang baik

Kita sebagai Insan Al Abror, Insan = manusia, Al Abror = membelah kebodohan, sudah seharusnya mengetahui yang mana yang baik yang mana yang jahat, tentunya untuk bisa menentukan itu semua, kita harus banyak Belajar Bersama.

Visi

  • Memisahkan yang mana yang jahat yang mana yang buruk
  • Hidup bersahabat bersama-sama bagi seluruh Makhluk Hidup di Alam Semesta

Misi

  • Memberikan Pelajaran dalam memisahkan yang mana yang jahat yang mana yang buruk dalam kehidupan ini
  • Belajar Bersama dalam waktu dan kesempatan yang diberikan kepada kita

Motto :

Tiada Hari Tanpa Belajar, Belajar dan terus Belajar

Pepatah :

  • “Belajarlah Sampai Ke Negeri China”
  • “Belajarlah dimulai dari buaian sampai ke liang lahat”

Mari Kita Mulai Belajar Bersama

Pak Belalang (Bag. 9)

Pak Belalang Bagian 9

Pak Belalang pada bagian 9 ini menceritakan tentang “Membelah Kebodohan manusia dengan cara belajar bersama Alam, Belajar sama Angin” Kajian ini yang akan diajarkan kepada ketiga perampok yang ketahuan pernah merampok rumah Pak Belalang, karena mereka merasa malu, dan ingin bertaubat, akhirnya mereka bertiga sering meminta nasehat kepada Pak Belalang, sama Pak Belalang masing-masing mereka diberi nama dengan nama panggilan :

  • Si Buta
  • Si Tuli dan
  • Si Bisu

Semenjak kejadian peristiwa perampokan yang dilakukan oleh ketiga perampok dirumah Pak Belalang, sama Pak Belalang mereka bertiga tidak diadukan kepada raja, asalkan mereka tidak mengulangi perbuatannya dan ingin bertaubat, mereka tidak akan di adukan kepada raja, dalam perjanjian itu, mereka bertiga bertaubat, tidak ingin lagi bekerja menjadi perampok, pekerjaan itu sudah mereka tinggalkan, mendengar hal itu Pak Belalang merasa iba, sebagai imbalannya, mereka dipekerjakan dikebun milik Pak Belalang, dengan syarat mereka harus taat, patuh, sabar, tabah, ikhlas, ridho, dalam menjalani apapun yang dihadapi, dengan hal itu mereka sekarang sudah beralih propesi menjadi Tukang Kebun dikebunnya Pak Belalang, kebun Pak Belalang itu diberi nama :

  • Kebun Ketaatan

  • Kebun Kesabaran

  • Kebun Keikhlasan

Kebun Ketaatan, Taat dan patuh tidak mengulangi pekerjaan menjadi perampok, sungguh-sungguh bertaubat, tidak lagi melihat suatu hal yang maksiat, kebun ini dijaga dan dipelihara oleh Si Buta

Kebun Kesabaran, Sabar dan tabah dalam menjalani segala ujian demi ujian, apapun jenis dari segala ujian tetap tersenyum sabar dan tabah, dengan tidak lagi merasa bangga dengan segala bentuk pujian dan merasa tersinggung dengan segala hinaan, kebun ini dijaga dan dipelihara oleh Si Tuli

Kebun Keikhlasan, Ikhlas dalam mengerjakan segala amal perbuatan, dalam melaksanakan segala tugas dan kewajiban semua didasari dengan niat dan berbudi pekerti yang tulus mulia, dan tidak lagi membicarakan tentang keburukan dan kejelekan-kejelekan orang lain (ghibah), Tidak lagi membicarakan sesuatu hal yang tidak bermanfaat, kebun ini dijaga dan dipelihara oleh Si Bisu

Dalam berusaha, mereka bekerja bersama-sama saling bahu membahu, “saling asah asih asuh”, “sehidup sepenanggungan”, “serasan sekundang”, “saiyo sakato”, “sepintu sedulangan”, “berat sama dipikul ringan sama di jinjing”, “berdiri sama tinggi duduk sama rendah”, “saling mengingatkan saling menasehati”, “hidup berkesinambungan”, “bersahabat dengan alam, menjaga kelestarian alam”. “saling memberi saling menerima” dalam kondisi apapun.

Pada sabtu sore datanglah Pak Belalang ke kebun hendak memberikan nasehat kepada ketiga Tukang Kebunnya, dalam kunjungan itu bertanyalah mereka bertiga, kepada Pak Belalang,

Ya tuan,, “Sabtu kemarin, seminggu yang lalu, tuan mengatakan kepada kami bahwa, manusia itu bodoh, sudilah kiranya tuan menjelaskan kepada kami, Kenapa tuan mengatakan bahwa manusia itu bodoh,,?

Pak Belalang berkata : Baiklah akan saya jelaskan, ada syaratnya, syaratnya harus taat, patuh, sabar, tabah dan ikhlas, apapun penjelasan dari saya kalian terima saja, dan jangan banyak tanya sebelum saya menjelaskan, tanyalah nanti dikemudian hari, itupun bila kita masih diberikan panjang umur, sehingga kita bisa berjumpa kembali, sekarang ambillah oleh kalian bertiga :

  • Secarik kain berwarna hitam sepanjang setengah meter

  • Dua buah gumpalan kapas sebesar ibu jari

  • Sepotong Lakban seukuran kotak rokok

  • Segelas kopi sebungkus rokok sekaligus korek apinya

Mereka bertiga bingung, dan bertanya dalam hati buat apa yah semuanya itu,? ketika Si Tuli mau bertanya, yang mau bertanya sudah langsung di sikut sama Si Buta dan Si Bisu, udah di bilang tadi jangan banyak tanya, ini malah mau nanya, oh iya yah, saya lupa, hehehehe,

Mereka segera mencari dan menemukan persyaratan tersebut, setelah mereka mendapatkannya, mereka kembali menghadap Pak Belalang, 

Pak Belalang berucap : “Sekarang masing-masing peganglah secarik kain hitam, ikatlah dikepala, dan tutuplah kedua mata kalian dengan secarik kain hitam tersebut, bila sudah, maka dengarkan pertanyaan saya. “Ini apa”?

  • Si Buta menjawab, saya tidak tahu karena saya tidak melihatnya,

  • Si Tuli menjawab, saya juga tidak tahu tuan karena saya tidak melihat dan mendengarnya,

  • Si Bisu menjawab, saya juga tidak tahu tuan karena saya tidak melihat, tidak mendengar dan juga tidak dapat membacanya,

Pak Belalang berbicara : Baiklah sekarang kain itu jangan kalian lepaskan, tutuplah mulut kalian dengan Lakban itu, peganglah oleh kalian pensil ditangan kanan, kertas ditangan kiri yang akan saya berikan kepada kalian satu persatu, dan sekarang dengarkan pertanyaan saya, “Ini apa”?

  • Si Buta menulis, “tidak tahu”

  • Si Tuli menulis, “tidak tahu”

  • Si Bisu menulis, “tidak tahu”

Pak Belalang berujar : Baiklah, sekarang jangan kalian lepaskan tutup mata kalian, jangan kalian lepaskan lakban yang menutup mulut kalian, sebelum kalian pasang kedua kapas itu ketelinga, nanti dalam hitungan ke 7 kapas harus sudah terpasang, dan dengarkan, nanti ada pertanyaan saya, sekarang tutuplah kedua telinga kalian dengan kapas yang sebesar ibu jari tersebut, selanjutnya Pak Belalang bertanya kepada mereka “Ini apa”?

  • Si Buta menggeleng-gelengkan kepala sebagai tanda “tidak tahu”,

  • Si Tuli hanya terdiam saja sebagai tanda tidak mengerti,

  • Si Bisu mengangkat kedua bahu dengan membalikkan kedua telapak tangan sambil menggelengkan kepala kekiri sebagai tanda tidak mengetahui,

Pak Belalang lalu mengambil semua kapas yang menutup di telinga mereka bertiga, sekarang kalian bisa mendengar perkataan saya, maka dengarkan,

Dengan ditutupnya mata, ditutup mulut, ditutup telinga, kita tidak bisa mengetahui apapun, semua menjawab tidak tahu, disaat itu kita menjadi manusia yang bodoh, tak ubahnya sama saja seperti ketika kita sedang tertidur, tidak bisa melihat, mendengar dan berucap, semua panca indra tertutup,

Baiklah sekarang kalian hanya bisa mendengar, saya akan memberikan sebuah pertanyaan kepada kalian, maka tulislah oleh kalian jawabannya di kertas itu, jangan berbicara dan juga membisikkan kepada temannya, “Apa ini“? Seketika itu Pak Belalang meniup masing-masing telinga mereka bertiga, dan sekarang tulislah apa jawabannya,

  • Si Buta menulis, “ada suara ANGIN”

  • Si Tuli menulis, “ada ANGIN menyentuh telinga”

  • Si Bisu menulis, “ANGIN”

Baiklah, sekarang kalian sudah menulis jawabannya, dan semuanya menjawab dengan benar, “Semut diseberang lautan kelihatan, sedangkan gajah dipelupuk mata tidak nampak”, inilah sebagai bukti kebodohan nya kita, Angin yang ada disekitar kita. kita tidak tahu tidak kenal, Angin yang menimbulkan suara yang keluar dari mulut orang lain cepat sekali terdengarnya, sering dibilang orang kabar Angin/isu yang berkembang, cepat sekali diketahuinya, sedangkan Angin yang ada disekitar kita, kita tidak nampak, tidak terbaca, tidak terdengar.

Sekarang bukalah penutup mata dan lakban kalian, ada satu persyaratan lagi yang lupa saya sampaikan, Apa itu? jawab mereka serentak, hehehe Pak Belalang tersenyum, “kalian belum membuatkan segelas kopi lagi untuk saya, “hahahahaha”, semua tertawa, sampai-sampai cicak pun ikutan tertawa, hihihihihi…

Sambil ngopi dan santai-santai, barulah mereka membicarakan tentang usaha kebun yang mereka garap.

Demikianlah kisah pak Belalang bagian 9 ini, mari kita sama-sama Belajar, Belajar dan terus Belajar, mohon maaf bila ada perkataan yang kurang berkenan, mari kita “Belajar Bersama”.

Yayasan Insan Al Abror

Salurkan Bantuan anda ke sebuah Yayasan Insan Al Abror

Logo Yayasan Insan Al Abror
Yayasan Insan Al Abror
Menerima Donatur berupa : Dana Hibah, Infaq, Sodakoh, Amal jariyah, Wakaf, Hibah, Material Bahan Bangunan, Sumbangan dalam bentuk apapun untuk pembangunan Mushola, pembangunan Madrasah Ibtidaiyah, Pondok Pesantren Yayasan Insan Al Abror beserta perlengkapan Pengajaran, perlengkapan Pelajaran tempat dan pendukung sarana prasarana, hubungi:

Contact Person : +6281273090998
Rekening Bank Mandiri : 1690000084829
Azhari Bakri Yazid, Pembina Yayasan Insan Al Abror
https://yayasaninsanalabror.wordpress.com/

Pak Belalang (Bag. 8)

Pak Belalang Bag. 8

Pada kisah Pak Belalang bagian 8 ini, Pak Belalang mempunyai saudara yang bernama Pak Lebai Malang, menurut penuturan dari beliau, beliau mengetahui sebagian dari kisah hidup sang legenda Pak Belalang ini.

Saudaraku Pak Belalang ini sesungguhnya seorang yang berhati mulia,

Seakan-akan nampak bodoh, miskin dan lalai,
seperti suatu yang kebetulan terjadi,
kelihatan seperti orang yang beruntung, bernasib mujur,

Padahal tidaklah demikian, Pak Belalang berbuat seperti itu hanyalah topeng untuk menutupi kerendahan hatinya, agar tidak banyak yang memuji dirinya, segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wata’ala, sudah selayaknya bagi orang yang diberikan keistimewaan oleh Allah ta’ala semakin di istimewakan semakin menunduk, pepatah bijak yang berbunyi “padi semakin berisi semakin merunduk”.

Semenjak Pak Belalang berjumpa dengan nabi Khidir ketika sedang tertidur dibawah pohon beringin di tengah hutan belantara, beliau banyak diajarkan oleh beliau tentang ilmu-ilmu laduni ilmu-ilmu tasawuf, syareat tareqat haqeqat ma’rifat,,

Sebetulnya ketika dia mendapatkan hadiah dari pemberian sang raja, dari 99 %, 1/3 hadiah dibagi-bagikannya kepada para fakir miskin keluarga tidak mampu, anak-anak yatim piatu, 1/3 nya disumbangkan di surau dan mesjid, 1/3 nya lagi dibagi-bagikan kepada sanak saudara family dan keluarga, 1 % nya lagi digunakan untuk kebutuhan hidup Pak Belalang

Begitupun dengan hasil kebun dan ladang, 50% bagian hasil dari kebun dan ladang diberikan kepada yang memelihara, menjaga dan merawat kebun dan ladang, 50 % hasil untuk Pak Belalang, 50 % nya lagi untuk yang menjaga kebun,
hasil dari kebun dan ladang yang 40 % itu di bagi-bagikannya kepada yang berhaq membutuhkan, hanya 10 % saja yang di ambil sama Pak Belalang, itupun hanya untuk kebutuhan hidup keluarga.

Pak Belalang (Bag. 7)

Pak Belalang Bagian 7

Menatap indahnya Pemandangan

Pak Belalang merupakan seorang yang ahli dalam meramal, ahli dalam pengobatan, ahli dalam berpolitik, ahli dalam berladang, dengan beberapa keahliannya itu, Pak Belalang banyak mendapatkan hadiah dari sang raja, mempunyai kebun dan ladang yang luas, dari penghasilan kebun dan ladangnya, dari penghasilan meramal dan juga dari hadiah pemberian dari sang raja, sudah barang tentulah Pak Belalang dikatakan orang yang kaya raya, sehingga menjadi bahan pembicaraan orang-orang di kampung, terutama Sang Perampok yang menginginkan harta kekayaan Pak Belalang.

Para perampok mulai membicarakan tentang kekayaan Pak Belalang, sehingga diputuskanlah menyusun rencana dan strategi untuk merampok rumah Pak Belalang, ketiga perampok ini mulai membayangkan, betapa banyak harta Pak Belalang, harta emas intan permata dari pemberian raja, harta dari hasil kebun dan ladangnya, tentulah didalam rumah Pak Belalang berlimpah emas, dan selama puluhan tahun rumah Pak Belalang itu belum pernah kerampokan, kita yang dulu pernah hendak merampok rumahnya juga gagal, kali ini kita dobrak saja rumah Pak Belalang, kita intai penghuni rumahnya, kapan waktu-waktu mereka pergi meninggalkan rumah diwaktu malam, salah seorang perampok berkata kepada temannya : hemmhh saya sudah tidak sabar ingin segera menikmati hasil dari merampok rumah Pak Belalang, sudah barang tentu harta Pak Belalang sangatlah banyak, isi rumahnya dipenuhi dengan perabotan yang serba mahal dan berkilauan.

Pada suatu malam, Pak Belalang beserta keluarganya, pergi ketempat saudaranya yang tinggal dikampung sebelah, setelah menghantar istrinya tinggal di tempat saudaranya, Pak Belalang pulang kerumahnya, tinggallah Pak Belalang seorang diri didalam rumahnya, bertepatan pada malam itu, datanglah tiga orang perampok yang hendak merampok rumah Pak Belalang, ketika ketiga orang perampok tersebut hendak memasuki rumah, Pak Belalang sudah mengetahui gerak gerik dari suara berisik para perampok yang mendobrak pintu rumahnya, Pak Belalang seketika itu kebingungan, sebelum para perampok itu memasuki rumahnya, Pak Belalang memutuskan untuk bersembunyi didalam sebuah kotak bertutup yang bisa dimasuki dan cukup untuk menampung badannya, tiga orang perampok tersebut berhasil mendobrak pintu rumah Pak Belalang dan masuklah mereka kedalam rumah Pak Belalang,

Sesampai didalam, ketiga perampok tersebut mengobrak abrik seluruh isi rumah Pak Belalang, nampaklah sebuah kotak yang besar, tapi tak diperdulikan oleh para perampok itu, mereka terus mencari dan mengobrak abrik seisi kamar dan lemari,

Setelah merasa tidak ada satu barang yang berhargapun yang dapat ditemukan didalam kamar maupun seisi dalam ruangan, ketiga perampok tersebut mulai mengarahkan pencarian kekotak besar yang berada di ruang tengah tadi,

Ketiga mata perampok yang penuh nafsu tertuju kepada kotak besar yang berada diruang tengah tadi, seketika itu mereka bertiga membongkar penutup kotak, setelah tutup kotak diangkat, betapa terkejutnya para perampok itu, ternyata  yang berada didalam kotak tersebut adalah Pak Belalang yang sedang menatap mereka bertiga,

Kaukah itu Pak Belalang,,? Betul jawab Pak Belalang,

Sudah berapa jam saya terperangkap didalam kotak ini, beruntunglah kalian datang tepat waktu membukakan tutup kotak ini, saya sangat berterima kasih kepada kalian semua, sebagai tanda terima kasih saya, sudilah kiranya tuan-tuan untuk bermalam digubuk saya ini, sudah selayaknya saya membuatkan hidangan kopi kepada tamu yang telah membantu menyelamatkan hidup saya,

Ketiga perampok tersebut sangat terkejut dengan melihat keadaan Pak Belalang yang sangat memprihatinkan itu, ketiga perampok itu hanya terdiam membisu seperti terkena hipnotis, mereka sangat bersedih melihat kehidupan Pak Belalang, setelah Pak Belalang membuatkan minuman kopi, dihidangkannya ceret yang berisi kopi tersebut diatas tilam yang sudah nampak lusuh, dan sebagai gelasnya diambillah dua buah cangkir yang terbuat dari batok kelapa yang biasa dipergunakan oleh Pak Belalang dan keluarganya, setelah Pak Belalang menuangkan kopi kedalam cangkir, Pak Belalang mempersilahkan kepada tamunya (para perampok) untuk menikmati kopi buatan Pak Belalang,

Tanpa banyak berbicara, ketiga perampok itu bergantian meminum kopi didalam cangkir batok kelapa yang sama, ketiga perampok itu tertunduk, dengan mata yang berkaca-kaca, menangis menyesali segala perbuatan mereka selama ini, kami tidak menyangka bahwa Pak Belalang hidupnya sangatlah memprihatinkan ini, sungguhlah jauh kehidupan Pak Belalang dengan kami, kami tidak kuat menanggung beban derita hidup, sedangkan Pak Belalang yang mempunyai banyak pemberian hadiah dari sang raja, mempunyai hewan ternak, kebun dan ladang, jangankan emas intan permata kasur yang empuk makan minum yang enak, dinding rumah bagian belakang sajapun tidak berdinding sama sekali, hanya tertutupi pepohonan bambu dan semak belukar, jangkan meja kursi, yang ada hanya dua buah piring seng, dua buah cangkir yang terbuat dari batok kelapa, sehelai tilam bekas dan beberapa peralatan sembahyang,

Seraya menangis tersedu-sedu, para perampok itu pun berucap, “Maafkanlah kami Pak Belalang” dengan kesungguhan hati kami, kami tidak akan pernah mengulanginya lagi, kami menyatakan diri untuk berhenti menjadi perampok, Sudilah kiranya Pak Belalang memaafkan kami yang bejat dan penuh dosa ini,

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, bila bukan kaum itu sendiri yang mau merubahnya”, segala sesuatu itu wajib bagi kita untuk berniat, berusaha, berdoa dan menerima apapun hasilnya, akan tetapi bukan dengan cara-cara merampok, walaupun dilakukan itu hanya untuk menutupi segala kebutuhan hidup keluarga, tapi itu pula jalan yang dijalani oleh kita, sehingga kita dipertemukan, semua sudah menjadi ketetapan Allah, pada intinya kita semua sama, sama-sama mempunyai permasalahan hidup, sama-sama makhluk hidup yang diberikan kehidupan dari Tuhan Yang Maha meng-Hidup-kan, pandai-pandailah kita memperkuat diri dengan INGAT kepada ALLAH, dengan ke-SADAR-an penuh, menjaga, memelihara, mengkaji, menjalani, mengalami, mengerti, faham akan arti tentang : keimanaan, ketaqwaan ketaatan, kepatuhan, kesabaran, ketabahan, keikhlasan, keridhoan, ketawadduan, ketawakkalan, selalu mengambil hikmah dari segala peristiwa, dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua,

Ketiga perampok itu semakin bersedih dan menangis, Maafkanlah kami Pak Belalang,,??

Memohon ampunlah kepada Allah Subhanahu wata’ala, kepada Tuhan Yang Maha Pemaaf Maha Mengampuni segala kesalahan-lah tempat kita memohon segala permintaan, bukan memohon ampun kepada saya, justru saya ini berterima kasih yang mana sudah di selamatkan oleh kalian,, hehehe,,

Hiiiicksss hihihihihi,, Pak Belalang ini bisa aja,,

Ya sudahlah sekarang ambillah wudu disungai, tidak terasa waktu subuh sudah tiba, mari kita sembahyang subuh berjamaah, tanpa banyak berbicara, ketiganya langsung berhamburan sambil berebutan saling dahulu mendahului, hendak pergi menuju sungai untuk berwudhu.

Demikianlah Kisah Pak Belalang bagian 7 ini, Semoga apa yang bisa kita ambil hikmahnya dari kisah Pak Belalang bagian 7 diizinkan di ridhoi Allah ta’ala.. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

Pak Belalang (Bag. 6)

Pak Belalang Bagian 6

Suatu hari, ketika Pak Belalang hendak pergi keladang,  dilihatnya ada hewan ternak kerbau tetangga memasuki halaman rumahnya memakan rumput dihalaman rumah Pak Belalang, rumput halaman rumah Pak Belalang memang sedikit lebih hijau dari rumput halaman tetangganya, tetangga Pak Belalang ini tetangga yang kaya, mempunyai banyak hewan ternak, karena memang sudah terlalu banyak kerbau yang dipeliharanya, sehingga yang punyapun tidak dapat lagi memperhatikan hewan ternaknya satu persatu,

Suatu hari ketika Pak Belalang hendak pergi keladang, dilihatnya beberapa ekor kerbau memasuki pekarangan rumahnya, sambil bertanya DALAM hati, kerbau siapa ini? kog gak diurus sama yang punya, ah sudahlah, paling juga kerbau itu milik tetangga yang kaya tapi kikir itu, Pak Belalang melanjutkan perjalanannya ke ladang,

Keesokan hari, kerbau Pak Belalang memasuki pekarangan rumahnya lagi, Pak Belalang berkata DALAM hati lagi, ini kerbau sudah mulai terbiasa maen di halaman rumah saya, menurut Belalang, kerbau ini memang sengaja dilepas begitu saja oleh tuannya, nanti ketika menjelang sore kerbau-kerbau itupun diambil sama tuannya, tapi itulah pak, banyak tanaman kita yang rusak terinjak oleh kerbau itu, ah sudahlah namanya juga kerbau, manalah dia tahu segala aturan manusia, dia hanya mengikuti insting kehewanannya, hidup baginya hanya makan dan makan, tidak sama seperti kita yang mempunyai akal pikiran,

Berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, kerbau itu selalu memasuki pekarangan rumahnya, keesokan harinya masuk lagi kepekarangan rumahnya, Pak Belalang mulai berucap : wah,, ini sudah tidak bisa lagi dibiarkan, nampaknya kerbau itu memang sengaja dilepas dipekarangan rumah ini, Pak Belalang menyusun rencana, pagi itu Pak Belalang sengaja pura-pura berangkat keladang, begitu memasuki hutan, Pak Belalang berbalik arah, mengintip, apakah tetangga memang sengaja melepaskan kerbaunya dihalaman rumah Pak Belalang, atau hanya memang kerbaunya yang gak makan bangku sekolahan, ternyata memang benar, bahwa tetangga itu memang sengaja melepaskan kerbau miliknya ke halaman rumah Pak Belalang, pada sore harinya Pak Belalang dan Belalang sengaja mengintip dari kejauhan, dilihatnya tetangganya sambil mengendap-endap menjemput dan menangkap kerbau miliknya, Pak Belalang mulai berucap dalam HATI : wah,, ini sudah tidak bisa lagi dibiarkan, nampaknya kerbau itu memang sengaja dilepas dipekarangan rumah kita, lalu Pak Belalang berkata kepada Belalang :

Belalang??, pasanglah semua batas-batas rumah kita dengan pagar, buatlah satu pintu yang tidak terkunci, dan biarkan pintunya terbuka, setelah pagar sudah terpasang mengelilingi batas rumahnya, Pak Belalang menancapkan suatu papan pengumuman didepan rumahnya,

Keesokan harinya seperti biasa kerbau itu dilepaskan tetangganya dipekarangan rumah Pak Belalang, pada sore harinya, kerbau tersebut ditambatkan dibelakang rumah Pak Belalang, belakang rumah Pak Belalang banyak ditumbuhi pohon-pohon bambu dan banyak ditumbuhi pepohonan yang rindang, pada sore harinya, tetangga itu pun hendak mengambil kerbau di halaman rumah Pak Belalang, ternyata kerbau itu dilihatnya sudah tidak ada lagi dipekarangan rumah Pak Belalang, ketika hendak mencari kerbau yang hilang, Pak Belalang datang menghampiri tetangga tersebut,

  • Pak Belalang : Ada apa tuan, sepertinya tuan sedang mencari sesuatu,

  • Tetangga : Betul Pak Belalang, saya sedang mencari hewan ternak kerbau saya,

  • Pak Belalang : Owh, ternyata tuan hendak mencari kerbau, kalau boleh tahu kerbaunya berwarna apa?

  • Tetangga : Kerbaunya berwarna abu-abu,

  • Pak Belalang : Owh ternyata kerbau tersebut merupakan dulunya milik tuan,

  • Tetangga : Maksud Pak Belalang bagaimana,,?

  • Pak Belalang : Apakah tuan sudah membaca pengumuman yang terpasang halaman depan rumah saya?

  • Tetangga : Belum jawab tetangga itu,

  • Pak Belalang : Isi pengumuman tersebut : “BARANG SIAPA YANG MEMASUKI PEKARANGAN HALAMAN RUMAH INI, MENJADI HAK MILIK YANG PUNYA RUMAH” dikarenakan kerbau tuan sudah masuk kehalaman rumah saya, mulai sekarang, kerbau tersebut menjadi milik saya,

  • Tetangga : Ah,, Pak Belalang ini suka mengada-ada,

  • Pak Belalang : Tuan lihat saja sendiri papan pengumumannya,

Dengan rasa tak percaya, akhirnya merekapun melihat kehalaman depan rumah Pak Belalang, dan ternyata memang benar adanya pengumuman tersebut, tetangga Pak Belalang mulai naik pitam, dan berkata : Pak Belalang?? saya akan mengadukan hal ini kepada raja, mendengar ucapan tetangga tersebut, Pak Belalang hanya membalas dengan senyuman, akhirnya tetangganya pulang kerumahnya,

Keesokan harinya ketika Pak Belalang sedang menikmati segelas kopi, datanglah Sang Prajurit kerjaan kerumah Pak Belalang seraya mengucap “Assalamu’alaikum Warohmatullah”,, Wa’alaikumusalam Warohmatullah jawab Pak Belalang, kedatangan kami ini hendak menyampaikan titah sang raja kepada Pak Belalang, sampaikan saja apa itu titah dari sang raja, begini Pak Belalang, sudilah kiranya Pak Belalang memenuhi panggilan Raja perihal pengaduan tetangga bahwa Pak Belalang telah mencuri kerbau miliknya, tanpa banyak bicara, setelah mendengar niat dan maksud kedatangan Sang Prajurit, Pak Belalang berangkat menuju istana,

Sesampai di istana, Pak Belalang sudah di tunggu oleh sang Raja dan tetangganya,

  • Tetangga : Dialah Sang pencuri itu sang raja,

  • Raja : benarkah begitu adanya Pak Belalang?

  • Pak Belalang : begini tuan, saya telah memperhatikan selama berbulan-bulan, tentang kerbau yang dulu miliknya setiap hari masuk kehalaman rumah saya, memakan rumput dan merusak banyak tanaman saya, saya sudah cukup sabar, saya biarkan kejadian tersebut berulang-ulang, barangkali tuan ini memang tidak sengaja melepas kerbaunya ke pekarangan rumah saya, ternyata tuan ini memang sengaja memasukkan kerbaunya kehalaman rumah saya dan selalu mengulanginya,

  • Tetangga : maaf yang mulia, Pak Belalang itu mengada-ada yang mulia, Buktinya kerbau itu sekarang ada di belakang rumah Pak Belalang, benar memang dialah pencuri kerbau saya yang mulia,

  • Raja : benarkah begitu Pak Belalang?

  • Pak Belalang : memang betul tuan raja, kerbau itu ada di belakang rumah saya, dan kerbau itu sekarang sudah menjadi milik saya,

  • Tetangga : kerbau itu saya yang membesarkannya yang mulia, kerbau yang di akuinya itu hanya akal-akalannya saja yang mulia, karena dia iri dengki kepada saya, sehingga menginginkan kerbau itu dengan cara mencuri kerbau itu yang mulia,

  • Raja : saya bingung kenapa bisa itu kerbau menjadi milik mu Pak Belalang, ceritakan kepadaku bagaimana kisahnya sehingga kerbau itu bisa menjadi milik Pak Belalang,

  • Pak Belalang : begini tuan raja, saya sudah memasang papan pengumuman di depan halaman depan rumah saya,

  • Raja : apa isi pengumuman tersebut?

  • Pak Belalang : “BARANG SIAPA YANG MEMASUKI PEKARANGAN HALAMAN RUMAH INI, MENJADI HAK MILIK YANG PUNYA RUMAH” jadi apapun itu yang memasuki pekarangan rumah saya, menjadi haq saya,

  • Raja : Prajurit, pergilah kalian kerumah Pak Belalang, lihat, apakah memang benar adanya pengumuan tersebut, dan panggil juga tetangga yang tinggal didepan rumah Pak Belalang sebagai saksinya,

  • Singkat cerita, datanglah tetangga depan rumah Pak Belalang beserta Sang Prajurit ke istana,

  • Raja : bagaimana Sang Prajurit, apa yang engkau lihat di depan rumah Pak Belalang?

  • Sang Prajurit : ampun yang mulia, betul yang mulia, memang betul apa yang dikatakan oleh Pak Belalang itu,

  • Raja : bertanya kepada tetangga depan rumah Pak Belalang, “apakah betul ada pengumuman didepan rumah Pak Belalang? yang berbunyi “BARANG SIAPA YANG MEMASUKI PEKARANGAN HALAMAN RUMAH INI, MENJADI HAK MILIK YANG PUNYA RUMAH”

  • Tetangga depan rumah : ampun yang mulia, betul adanya isi papan pengumuman yang ada didepan rumah Pak Belalang itu, hampir setiap hari saya membaca pengumuman itu yang mulia,

  • Raja : kalau begitu Pak Belalang tidak bersalah, dan saya nyatakan bahwa Kerbau itu sekarang menjadi milik Pak Belalang.

Setelah Raja mengumumkan bahwa Pak Belalang tidak bersalah, pak belalang angkat bicara,

Ya tuan Raja, Kerbau itu sudah saya sedekahkan dimesjid atas nama tetangga saya ini, hal itu saya lakukan dikarenakan selama bertahun-tahun tetangga kita ini tidak pernah berzakat barang penghasilan sekalipun, sedangkan kita wajib berzakat fitrah minimal setahun sekali sebesar 2,5% dari penghasilan, selama bertahun-tahun kerbau miliknya beranak pinak, dan menurut perhitungan saya, tetangga kita ini memiliki kerbau lebih dari 25 ekor, sudah selayaknya lah tetangga kita ini mensedekahkan kerbau itu barang 1 ekor kepada para fakir miskin, anak yatim piatu atau kepada mereka-mereka yang berhaq menerima infaq, zakat dan sodakoh, dan Pak Belalang pun pulang kerumahnya.

Demikianlah kisah Pak Belalang Bagian 6 ini, kurang lebihnya saya mohon maaf.

Pak Belalang (Bag. 5)

Pak Belalang Bagian 5

Dari hasil kerja sebagai Sang Peramal, banyak hadiah yang didapat dari pekerjaan Pak Belalang itu, pemberian hadiah dari sang raja, 2/3 nya dari hasil pendapatan dibelinya hewan ternak dan juga kebun, kebun tersebut ditanaminya dengan tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan,

Hari demi hari, bulan demi bulan, sampailah bertahun-tahun, hewan ternak beranak pinak, pohon buah mulai bisa dipanen, sayur-sayuranpun sudah banyak yang dijual dipasar, kehidupan sudah mulai mapan.

Rumah Pak Belalang pun mulai nampak megah, bahagian depan rumah, dipasangi gembok, di rantai, di pantek dengan kayu, bagian halaman depan rumah dipasangi pagar digembok dan di rantai, banyak tetangga rumah Pak Belalang mentertawakan dan memperolok ulah Pak Belalang yang menggembok rumah dengan gembok dan rantai sebesar itu, Pak Belalang hanya tersenyum dengan hinaan para tetangganya.

Suatu masa, dikampung itu sedang terkena paceklik, sehingga banyak warga yang kesusahan, kemiskinan tak terelakkan, mereka-mereka yang berpikiran sempit mulai disusupi rasa putus asa, sehingga banyak yang beralih menjadi perampok,

Keberhasilan dan kesuksesan Pak Belalang, sampai juga ditelinga para perampok, suatu waktu, para perampok memasuki wilayah perkampungan Pak Belalang, setibanya didepan rumah Pak Belalang, salah satu para perampok berkata, rumah yang ini jangankan lemari sama kamar rumahnya, pagarnya saja digembok sebesar-besar mangkok, pintu rumah dan jendela di gembok dan di rantai, jangankan mau masuk kedalam, memotong gembok dan rantainya pun bisa memakan waktu yang cukup lama, bisa-bisa urusan kita sama satu rumah ini sampai subuh juga gak selesai-selesai,

Para perampok mengurungkan niat merampok rumah Pak Belalang, mereka memasuki perkampungan, merampok rumah-rumah yang tidak terlalu ketat keamanannya,

Pak Belalang turut prihatin dengan keadaan kampungnya, berhari-hari berminggu-minggu, perampokan semakin menjadi-jadi, alhasil habislah rumah-rumah orang kampung dirampok sama para perampok,

Suatu hari, para perampok mulai dirundung kebingungan, rumah yang mana lagi yang bisa kita rampok, menurut perhitungan saya, hanya rumah Pak Belalang yang belum kita rampok, berkata salah seorang perampok, bagaimana kita bisa merampok rumah Pak Belalang, sedangkan rumahnya penuh dengan gembok, kita mulai dari hari mau masuk malam, kita bergerak mulai sore. semua para perampok setuju dengan rencana kepala perampok tersebut,

Hari mulai berganti malam, para perampok melaksanakan rencananya, setelah mereka mampu menjebol pagar rumah, mereka pun mulai memotong gembok pintu, setelah gembok pintu bisa di potong, hari sudah menunjukan jam 3 malam, ketika mau menjebol pintu rumah, semua para perampok terdiam, dari dalam rumah Pak Belalang berkata kepada anaknya :

  • Belalang!? dimana kau letakkan senapan, sepertinya ada 3 ekor binatang ada didepan pintu rumah kita,

  • Mendengar perkataan Pak Belalang, Belalang terbangun dari tidurnya, dan merasa heran dengan perkataan Pak Belalang,

  • Pak Belalang berkata lebih keras, supaya terdengar sama 3 perampok yang sedang merampok rumahnya, “Bukan senjata angin, senjata laras panjang peluru timah yang biasa kita pergunakan untuk berburu gajah itu,”

  • Mendengar perkataan Pak Belalang, para perampok diluar rumah ketakutan, sehingga berlarian kesegala arah, dan mengurungkan niat mereka untuk merampok rumah Pak Belalang,,

  • Belalangpun sedikit jengkel sambil berkata : Pak,,?? kita ini, jangankan senjata, sebatang bambu untuk dijadikan senjatapun kita tidak punya,

  • Sudah,,, tidurlah,,, besok pagi kau pergilah kepasar, minta uang sama mamakmu, belilah gembok yang lebih besar dari yang terpasang dipintu depan rumah, sebanyak 25 buah gembok, karena gembok kita yang terpasang dipagar dan dipintu rumah kita sudah di potong sama perampok, Belalang terkejut mendengar perkataan Pak Belalang, Belalangpun bertanya-tanya dalam hati, Pak Belalang semakin lama semakin aneh, ya sudahlah namanya juga Pak Belalang, sambil meraih sarungnya dan melanjutkan tidurnya,

Demikianlah kisah Pak Belalang bagian 5 ini, bersambung ke Pak Belalang bagian 6.

Sampingan

Jalan Rahasia Pak Belalang

Banyak jalan menuju rumah, bisa lewat depan bisa lewat samping, bisa lewat belakang dan juga bisa lewat atas, begitupun dengan JALAN MENUJU CAHAYA, banyak jalan yang bisa ditempuh untuk kembali pulang kerumah.

Lewat Depan = Menyusuri Jalan Darat, jalan ini banyak menemukan hambatan aral melintang, banyak ujian demi ujian, banyak portal, banyak liku, lobang tebing dan jurang serta lalulintas yang padat kemacetan. Jalan ini jalan yang ditempuh melalui berhadapan langsung dengan AHLI JALAN melalui Jalur Tanah,

Lewat Samping = Menyeberangi Jalan Air, jalan ini memerlukan alat bantu PENUNJUK JALAN, bisa itu berupa paraHU, Jembatan, apapun itu untuk bisa menyeberangi aliran air, dikenal dengan Jalan Air,

Lewat Belakang = Menyusuri Hulu, menyusuri asal, menyusuri awal, HULU JALAN< ASAL JALAN<AWAL JALAN, jalan ini dikenal dengan jalan api, melalui jalan darah,

Lewat Atas = Terbang dengan menunggangi kendaraan, kendaraan itu bisa berupa apapun yang bisa digunakan untuk terbang dan hinggap, KELUAR MASUK JALAN, Jalan ini dikenal dengan jalan Hudara, melalui jalan nafas,

AHLI JALAN, disini seorang yang sudah ahli dalam bidang Jalan Spiritual, untuk bisa memasuki pintu jalan tanah, sudah barang tentu harus menemukan pintu masuknya, dan bagaimana agar pintu itu bisa terbuka, AHLI JALAN lah yang membukakan pintu Jalan Menuju Cahaya itu. Ahli Jalan hanya membukakan pintu, kita sendirilah yang membuka pintu memasuki rumah itu, bagaimana kita mau tahu bila kita tidak masuk kedalam, dengan menjalani, mengalami, mengkaji, mengerti dan faham, kita bisa faham betul apa-apa yang ada di DALAM rumah itu, kita bisa masuk, biasanya bisa pula keluar, bila kita tidak bisa keluar, Ahli Jalan bisa masuk kedalam rumah, bisa saja saking sejuk dingin dan tenang, sehingga membuat kita tertidur di dalam rumah, Ahli Jalanlah yang membangunkan kita, sehingga kita bisa beraktifitas seperti semula, bila kita bisa keluar dengan sendirinya, sudah barang tentu kita tahu betul apa-apa yang kita alami dalam perjalanan tersebut, perjalanan kita tersebut di kisahkan kepada Ahli Jalan, Ahli Jalan yang akan meluruskan mengajarkan pengalaman demi pengalaman perjalanan, ketika keluar dari pintu tersebut, kita ditanya sama Ahli Jalan, bagaimana? apa yang di lihat selama berada di DALAM,,?? dan apa-apa yang di alami, cukup kita sendiri yang tahu, menjadi rahasia diri pribadi, tiap yang masuk ke DALAM rumah, sudah barang tentu berbeda, sama-sama masuk ke rumah tapi ada yang lewat depan, samping, belakang, atas, sudah barang tentu berbeda, begitupun dengan kita, setiap orang sudah barang tentu berbeda, tidak sama, baik mata, hidung, telinga, mulut, tangan, kaki, kemaluan, tiap2 manusia berbeda, tapi pada intinya SAMA, sama-sama manusia yang mempunyai mata, hidung, telinga, mulut, tangan, kaki, kemaluan,

Begitupun dengan rumah, jelas ada pondasi, dinding, lantai, ruang, pintu, jendela, atap, struktur bangunan sudah jelas berbeda, akan tetapi pada hakekatnya, yang namanya rumah itu yah,, ada pondasi, dinding, lantai, ruang, pintu, jendela, atap,

Rumah sewajarnyalah dibersihkan, kurang layak juga bila rumah banyak sisa puntung roko, abu, berserakan tembakau, batang korek api bekas pembakaran, gelas kopi, piring bekas makanan, sampah yang keluar dari buntut kita. sudah selayaknya dibersihkan, agar tamu datang tidak merasa jijik, merasa nyaman tentram tenang didalam rumah,

Kita pernah mendengar sebuah Mesjid 1000 pintu ( jere wong jowo ne mesjid “Lawang Sewu” ) CAHAYA itu membias melalui lubang-lubang pintu yang ada 1000 ( alfu alfu alfi ) itu, dan ada 1 pintu yang apa bila pintu itu terbuka maka bisa menerangi ke 999 pintu yang lainnya, 1 pintu yang bercahaya, 999 bias cahaya-Nya, dari 999 bias cahaya tersebut terdapat 3 cahaya yang lubangnya berjumlah 9, ( sembilan ) 9 ( jere wong jowo ne “songo” ) dikenalah dengan sebutan 9 lubang, 9 hawa, 9 wali, membuka tutup masuk keluar jalan untuk mencapai derajat wali,

Dari 9 Lubang tersebut terdapat 1 GOA yang di kenal dengan goa kahfi, yang berjumlah 7 hamba-hamba PILIHAN, 7 hamba pilihan yang tertidur selama ratusan tahun, MENIDURKAN DZAT, SIFAT, PERBUATAN, NAMA DIDALAM GOA 7,

Untuk bisa memasuki 7 pintu goa tersebut, terdapat 7 Penyakit dan 7 pula Obatnya. seorang hamba pilihan, kenal dengan penyakit tahu pula obatnya, ke 7 itu bila di uraikan sebagai berikut :

  1. Iman Taqwa, Penyakitnya Angkuh Riak
  2. Patuh Taat, Penyakitnya Sombong
  3. Sabar Tabah, Penyakitnya Takkabur
  4. Ikhlas Ridho, Penyakitnya Iri Dengki
  5. Tawakkal Tawadhu, Penyakitnya Tammak Serakah
  6. Hikmah dari segala peristiwa, Penyakitnya Hasut Khianat
  7. Syukur atas segala Nikmat, Penyakitnya Benci Dendam

Untuk mengenal penyakit dan obatnya biasanya dialami puluhan tahun, Al Quran diturunkan selama 22 Tahun 2 Bulan 22 Hari, semisal seorang hamba tersebut diperkenalkan dengan JALAN MENUJU CAHAYA di tahun 1994, di tahun 2016 + 2 Bulan + 22 hari turunya wahyu itu. perjalanan mengarungi samudra hidup ini selama puluhan tahun sampai kenal dengan Rajanya segala Penyakit dan kenal pula dengan Rajanya Obat segala obat,

“Tiada Hari tanpa Belajar, Belajar, dan terus Belajar” “Mari kita sama-sama belajar”,,

Sampingan

Pak Belalang (Bag. 4)

Pak Belalang Bagian 4

Sejak Pak Belalang dapat menjawab 3 pertanyaan Raja, akhirnya Pak Belalang di angkat menjadi SP = Sang Peramal kerajaan,  ketenaran dan kepiawaian Pak Belalang dalam hal meramal, mulai membuahkan hasil, untuk kebutuhan biaya dapur Pak Belalang tiap bulannya dibiayai oleh kerajaan, tak jarang pula Sang Raja sering meminta pendapat mengenai kepentingan urusan kerajaan kepada Pak Belalang,

Suatu ketika datanglah Sang Prajurit kerajaan tetangga hendak menghadap Raja, sambil menunjukkan selembar kertas yang digulung didalam bumbung bambu, Sang Raja mendapat kabar dari sahabatnya bahwa anaknya baru menikah, di hari ke 7 anaknya yang baru menikah telah di culik oleh Jin, kami mendengar kabar bahwa Raja mempunyai Sang Peramal yang terkenal bernama Pak Belalang, sudilah kiranya Tuan membantu menemukan tuan Putri, , Raja langsung menanyakan kepada Pak Belalang, duhai Pak Belalang? dimanakah disembunyikannya tuan Putri itu, mendengar pertanyaan raja itu Pak Belalang, nampak terdiam sambil memejamkan mata layaknya seperti seorang yang sedang menerawang, semua orang pun ikut terdiam,  dalam diamnya Pak Belalang bergumam dalam hati, Yaa Tuhan,, bagaimana saya menjawab pertanyaan raja ini, sedangkan saya sendiri tidak mengetahuinya, Pak Belalang pun teringat pada saat dia melarikan diri di hutan, tiba-tiba terdengar suara Raja, “Bagaimana Pak Belalang dimanakah tuan Putri itu??”, saking kagetnya Pak Belalang bilang “hutan”,

Baiklah kata sang raja, Sang Raja memerintahkan Sang Prajuritnya untuk menghantarkan Pak Belalang untuk menemukan tuan Putri sahabatnya yang di curi oleh Jin, ( Pak Belalang mulai berpikir untuk melarikan diri ) anu tuan, sekiranya nanti sampai di hutan, biarkan saya sendiri yang masuk ke dalam hutan, yang lain menjaga dari jarak jauh saja sejarak 500 meter dari saya, baiklah kata raja, setelah mempersiapkan perbekalan, berangkatlah Sang Prajurit beserta Pak Belalang pergi ke hutan,

Di perjalanan , tibalah mereka disebuah pohon beringin besar, Pak Belalang beserta Sang Prajurit beristirahat di sebuah pohon beringin yang besar dan rindang, semilir angin bertiup sepoi sepoi, timbul rasa kantuk, Pak Belalang pun tertidur,

Didalam tidurnya, Pak Belalang bermimpi di datangi orang tua, janggutnya yang panjang putih hingga ke perut, berkata dengan dahsyatnya :

-. Hai Pak Belalang, apakah kerjamu hanya berbohong belaka? kenapa tidak berkata dengan sebenarnya?

+. Ampun Tuan, benarlah hamba hanya berbohong saja, semua hamba lakukan tidak disengaja dan itupun saya lakukan hanya untuk mencari nafkah,

-. Sebenarnya kebohonganmu hanya semata-mata karena Allah, sedang engkau sendiri tidak mengetahuinya, semua itu dikarenakan cobaan bagi Sang Raja yang sedang di uji kearifan dan kebijaksanaan Raja kepada rakyatnya, dan sekarang apa maksud dari perjalananmu, dan hendak pergi kemana?

+. Hamba diperintahkan Raja menemukan Tuan Putri anaknya sahabat Raja yang diculik oleh Jin, inilah maksud dari perjalanan hamba,

-. Bagaimana cara engkau menemukannya?

+. Entahlah sayapun tidak mengetahuinya,

-. Sebaiknya engkau menemukan dan mengambil tuan putri dari Jin itu, Ini ada ayat penangkal yang ditakuti oleh Jin, AKU ajarkan suatu ilmu kepadamu,  setelah kau hafal kan ini, pergunakanlah sebagaimana mestinya, nanti kau bacakan apa yang AKU ajarkan tadi kepada Jin itu, adapun Jin itu sekarang ada di sebuah gua di lereng gunung sedang memangku tuan Putri, pergilah kau ambil tuan putri itu,

+. Setelah hafal dan mengerti apa yang diajarkan, tinggal menjalani mengalami, setelah mengalami mendapat suatu kefahaman, Pak Belalang bertanya, Sudilah hamba mengetahui siapakah tuan?

-. Pak Belalang,,, Aku selalu Haidir dalam dirimu,

Pak Belalang terjaga dari tidurnya, Pak Belalang pun langsung ingat apa yang dibilang sama Orang Tua tadi, Pak Belalang segera melanjutkan perjalanan, tak berapa lama Pak Belalang melihat ada sebuah gua batu, sebelum sampai di mulut gua, semua diperintahkan oleh Pak Belalang untuk menjauh darinya,

Sesampai di mulut gua, dilihatnya tuan Putri tergelatak lunglai dipangkuan Jin, mata tuan Putri membengkak akibat menangis bersimbah air mata, Pak Belalang bersedih melihat tuan Putri, dibacalah apa yang diajarkan oleh Orang Tua tadi, setelah di baca, lalu di tiupnya ke Jin didalam gua itu, Jin itu pun lari lintang pukang, melihat Jin lari terbirit-birit, masuklah Pak Belalang kedalam gua, didapatinya tuan Putri itu, dan Pak Belalang berteriak kepada Sang Prajurit untuk membantu mengangkat tuan Putri yang telah pingsan, tak lama Pak Belalang pun membacakan ayat yang diajarkan tadi ke air di gelas, setelah diminumkan kepada tuan Putri, tak lama tuan Putripun tersadar, Pak Belalang menuliskan suatu ayat di kertas, dan diberinya kepada tuan Putri, peganglah ini, agar tidak di datangi lagi oleh Jin tersebut,

Sesampai di kerajaan, Pak Belalang di beri hadiah emas intan permata, sebagai imbalan atas telah ditemukannya tuan Putri, dan tak lama Pak Belalang pun berpamitan hendak pulang kerumahnya.

Demikianlah sepenggal kisah dari Pak Belalang, semoga bermanfaat.