Pak Belalang (Bag. 1)

BELALANG KUNING EMAS

Di suatu waktu di suatu tempat terdapat sebuah negeri dengan seorang Raja yang arif bijaksana dengan dibantu oleh para menteri dan hulubalang lainnya. Dalam negeri ini hiduplah seorang laki-laki yang mempunyai seorang anak laki-laki yang di beri nama Belalang, sehingga semua orang di kampungnya memanggilnya dengan sebutan Pak Belalang.

Dalam suatu masa, terjadi kemarau panjang di negeri itu, sehingga para petani tidak dapat bertani, sehingga petani menjadi kesusahan untuk mencari makan. Untuk makan sehari-hari hanya dengan seadanya saja, kadang makan ubi, tebu, pisang, keladi, dan sebagainya.

Setelah musim kemarau berakhir, para petani mulai bekerja lagi, ada yang menanam padi, jagung, sayur-sayuran dan ada pula yang menanam tanaman lainnya. Hanya saja karena persediaan sudah habis sama sekali, Pak Belalang tidak dapat bekerja seperti penduduk lainnya.

Suatu hari Pak Belalang berkata kepada anaknya yang bernama Belalang itu, “wahai anakku, sekarang ini kita sudah tidak punya apa-apa yang dapat dijadikan makanan untuk kita”

Maka jawab anaknya, “Apakah yang ayah pikirkan?”

Maka Pak Belalang menjawab, “Aku berpikir, bagaimana kalau kamu sembunyikan kerbau orang yang sedang di gembalakan itu satu atau dua ekor, sembunyikanlah didalam semak-semak. Nanti jika orang-orang gempar karena kehilangan kerbau, katakanlah kepada mereka bahwa aku tahu bisa meramal dan menentukan dimana tempat kerbau itu.” Belalang bergumam “iya ya ya” seraya menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti maksud dari Pak Belalang.

Setelah itu si Belalang pergi ke tempat orang-orang menggembalakan kerbau, dan menunggu sampai para pengembala itu istirahat di gubuk untuk makan siang. Pada saat itulah si Belalang, dengan mengendap-endap, menarik tali dua ekor kerbau dan menyembunyikan di semak-semak seusai perintah Pak Belalang. Setelah itu dia kembal kepada Pak Belalang untuk memberi tahu tanda-tanda tempat dimana dia menyembunyikan kerbau-kerbau tersebut. Pak Belalang sangat senang mendengarkan perkataan bapaknya karena si anak benar-benar mengikuti perkataannya.

Ketika hari sudah mulai berganti malam, para penggembalapun bersiap-siap untuk pulang dan mengumpulkan kerbau gembala mereka, setelah menghitung jumlahnya, ternyata ada kerbau yang hilang. Walaupun sudah dicari kemana-mana, mereka tak dapat menemukan kerbau tersebut, sehingga gemparlah seisi kampung karena kerbau yang hilang ini. Karena lelah mencari, maka si gembalapun bertanya-tanya, siapakah gerangan yang bisa meramal dan mencari kerbau-kerbau tersebut. Ketika itu Si Belalang sedang bermain dekat-dekat mereka itu. Maka katanya, Pak Belalang tahu juga sedikit-sedikit tentang meramal.

Maka orang-orang inipun pergi ke rumah Pak Belalang untuk minta diramalkan. Sesampainya di rumah Pak Belalang, Pak Belalang pun bertanya, “apakah hajat kamu sekalian ini?”

Merekapun menjawab, “Kami ini menemui Pak Belalang untuk minta meramalkan kerbau kami yang hilang, sudah jenuh kami mencarinya.”

Maka Pak Belalang pun mengambil kertas yang lusuh, dicorat-coretnya kertas itu seperti tulisan cakar ayam saja, dengan berlaga yang meyakinkan, sambil menghitung jari-jarinya dan memejam-mejamkan matanya. Setelah itu diapun berkata.

“Kerbau itu ada dua ya? kerbau itu berada disemak-semak disebelah barat, arah matahari terbenam. Harus segera diambil, kalau tidak, mungkin akan mati.

Setelah mendengar perkataan Pak Belalang, betapa senang orang-orang yang datang ini, mereka segera mencari kerbau ketempat yang ditunjukkan oleh Pak Belalang dan benar saja seperti yang diucapkan Pak Belalang, mereka menemukan dua ekor kerbau yang sudah lemah karena kehausan. Kerbau-kerbau itupun diambil mereka dan dibawa pulang kerumahnya. Sebagai tanda terima kasih, maka singgahlah mereka itu dirumah Pak Belalang, dengan membawa banyak hadiah berupa beras, padi, tembakau, gambir, ikan dan lain-lainnya seharga lima puluh dirham. Dengan senang hati Pak Belalang menerima hadiah mereka itu, sehingga mereka sekeluargapun dapat makan.

7 respons untuk ‘Pak Belalang (Bag. 1)

Tinggalkan komentar