1 Muharram 1437 H

MekkahMadinah

Sebentar lagi kita akan memasuki Tahun Baru Islam 1 Muharram 1437 pada hari Rabu tanggal 14 Oktober 2015, 1 Muharram Tahun Baru 1437 Hijriyah kali ini, semoga kita dapat membawa kesadaran masyarakat terhadap makna sesungguhnya Ingat dan Sadar, yang tak lepas dari peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.

“Peringatan pada tahun ini juga diharapkan bisa mengubah perilaku masyarakat ke arah yang lebih baik,” itulah makna tahun baru Islam yang sebenarnya. Setiap memasuki tahun baru Islam, kaum Muslim hendaknya memiliki semangat baru untuk merancang dan melaksanakan hidup ini secara lebih baik. 

 
Peristiwa HIJRAH umat Islam dari Makkah ke Madinah bukan saja mengandung nilai sejarah dan strategi perjuangan, tapi juga mengandung nilai-nilai dan pelajaran berharga bagi perbaikan kehidupan umat secara pribadi dan kejayaan kaum Muslim pada umumnya.
 
Maka, seyogianya dalam memaknai tahun baru Islam ini, kita menggali kembali hikmah yang terkandung di balik peristiwa hijrah yang dijadikan momentum awal perhitungan Tahun Hijriyah. 

Keutamaan Tahun Hijriyah

Tahun hijriyah mulai diberlakukan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Sistem penanggalan Islam itu tidak mengambil nama ‘Tahun Muhammad’ atau ‘Tahun Umar’. Artinya, tidak mengandung unsur pemujaan seseorang atau penonjolan personifikasi, tidak seperti sistem penanggalan Tahun Masehi yang diambil dari gelar Nabi Isa, Al-Masih (Arab) atau Messiah (Ibrani).
Tidak juga seperti sistem penanggalan Bangsa Jepang, Tahun Samura, yang mengandung unsur pemujaan terhadap Amaterasu O Mi Kami (dewa matahari) yang diproklamasikan berlakunya untuk mengabadikan kaisar pertama yang dianggap keturunan Dewa Matahari, yakni Jimmu Tenno (naik tahta tanggal 11 pebruari 660 M yang dijadikan awal perhitungan Tahun Samura). 
 
Penetapan nama Tahun Hijriyah (al-Sanah al-Hijriyah) merupakan kebijaksanaan Sayyidina Umar bin Khattab. 
 

Seandainya Sayyidina Umar berambisi untuk mengabadikan namanya dengan menamakan penanggalan itu dengan “Tahun Umar” sangatlah mudah baginya melakukan itu. Sayyidina Umar tidak mementingkan keharuman namanya atau membanggakan dirinya sebagai pencetus ide sistem penanggalaan Islam itu.

Sayyidina Umar malah menjadikan penanggalan itu sebagai jaman baru pengembangan Islam, karena penanggalan itu mengandung makna spiritual dan nilai historis yang amat tinggi harganya bagi umat Islam. 

 
Selain Sayyidina Umar, orang yang berjasa dalam penanggalan Tahun Hijriyah adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Keponakan Rasulullah Saw inilah yang mencetuskan pemikiran agar penanggalan Islam dimulai penghitungannya dari peristiwa hijrah, saat umat Islam meninggalkan Makkah menuju Yatsrib (Madinah).
 
”Dipandang dari ilmu strategi, hijrah merupakan taktik. Strategi yang hendak dicapai adalah mengembangkan iman dan mempertahankan kaum mukminin.” 
Tahap Awal Daulah Islamiyah

Hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah yang membentuk tatanan masyarakat Islam, yang diawali dengan eratnya jalinan solidaritas sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.

Jalinan ukhuwah yang menciptakan integrasi umat Islam yang sangat kokoh itu telah membawa Islam mencapai kejayaan dan mengembangkan sayapnya ke berbagai penjuru bumi. Kaum Muhajirin-Anshar membuktikan, ukhuwah Islamiyah bisa membawa umat Islam jaya dan disegani. 

 

Bisa dimengerti, jika umat Islam dewasa ini tidak disegani musuh-musuhnya, menjadi umat yang tertindas, serta menjadi bahan permainan umat lain, antara lain akibat jalinan ukhuwah Islamiyah yang tidak seerat kaum Mujahirin-Anshar.

Dari situlah mengapa konsep dan hikmah hijrah perlu dikaji ulang dan diamalkan oleh umat Islam. Setiap pergantian waktu, hari demi hari hingga tahun demi tahun, biasanya memunculkan harapan baru akan keadaan yang lebih baik. 

 
Islam mengajarkan, hari-hari yang kita lalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Dengan kata lain, setiap Muslim dituntut untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari. 
Allah SWT mengingatkan dalam QS 59:18,  ”Hendaklah setiap diri memperhatikan (melakukan introspeksi) tentang apa-apa yang telah diperbuatnya untuk menghadapi hari esok (alam akhirat).” 

Pada awal tahun baru hijriyah ini, kita bisa merancang hidup agar lebih baik dengan hijrah, yakni mengubah perilaku buruk menjadi baik, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, menambah Iman Taqwa,

”Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah,” sabda Rasulullah. Kita ubah ketidakpedulian terhadap kaum lemah menjadi sangat peduli dengan semangat zakat, infak, dan sedekah kepada fakir miskin, anak yatim piatu, bisa melalui badan amil zakat ataupun melalui yayasan-yayasan yang berbasis pembinaan pendidikan, pondok pesantren, panti asuhan atau disumbangkan ke tempat-tempat ibadah,

Selain itu juga mengubah permusuhan dan konflik menjadi persaudaraan dan kerja sama, mengubah pola hidup malas-malasan menjadi giat bekerja, mengubah hidup pengangguran dan peminta-minta menjadi pekerja mandiri, dan tidak bergantung pada belas kasih orang lain.

Dengan kekuatan iman dan keeratan ukhuwah Islamiyah seperti kaum Muhajirin dan Anshar, umat Islam bisa kuat dan bahu-membahu memenangkan kemuliaan disisi Allah SWT, menegakkan syi’ar Islam berazaskan tauhid,

Sejarah Tahun Baru Islam : Kalender Hijriyah

Seperti disebutkan di atas, setidaknya ada dua nama penting dalam sejarah kalender Hijriyah, yakni 

  1. Sayyidina Umar bin Khathab sebagai pencetus ide penetapan kalender Islam.
  2. Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai penggagas awal perhitungan tahun.

“Pada suatu hari Sayyidina Umar bin Khathab memanggil dewan permusyawaratan untuk membicarakan perihal sistim penanggalan. Sayyidina Ali bin Ali Thalib mengusulkan agar penanggalan Islam dimulai sejak peristiwa hijrah ke Madinah, Usul Sayyidina Ali bin Ali Thalib kemudian diterima sidang. Sayyidina Umar menerima keputusan sidang dan mendekritkan berlakunya Tahun Hijriyah. Peristiwa hijrah merupakan momentum zaman baru pengembangan Islam, melandasi kedaulatan Islam”.

Momentum Ukhuwah Islamiyah

Sistem Penanggalan Tahun Hijriyah merefleksikan suatu moment perjuangan umat Islam untuk tetap survive, yakni dengan hijrah dari Makkah ke Madinah. 

Hijrah adalah momentum perjalanan menuju Daulah Islamiyah tempat tatanan masyarakat Islam terbentuk. 
 
Pembangunan Daulah Islamiyah Madinah oleh Nabi Muhammad Saw diawali dengan:
  1. Pembangunan masjid (Masjid Quba) sebagai sentral aktivitas umat Islam.
  2. Penguatan rasa persaudaraan sesama Muslim (ukhuwah Islamiyah) antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
  3. Penyusunan Piagam Madinah sebagai “konstitusi” Negara Islam Madinah yang mengatur hubungan antar warga masyarakat Madinah, termasuk hubungan Umat Islam dengan kaum Yahudi.
Kaum Muhajirin-Anshar telah membuktikan bahwa ukhuwah Islamiyah atau solidaritas Islam bisa membawa umat Islam jaya dan disegani,
 
Daulah Islamiyah yang dibangun mereka di Madinah dengan tuntunan langsung Nabi Muhammad Rosulullah Saw telah menunjukkan toleransi yang sangat tinggi terhadap sesama manusia.
Maka, setiap pergantian Tahun Hijriyah, sebenarnya merupakan momentum pengeratan solidaritas sesama Muslim. 
 
Kita saling mengingatkan bahwa sesama manusia, mukmin itu bersaudara, bagaikan satu bangunan yang saling menguatkan.

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara” (Qs Al-Hujarat 10).

“Orang Mukmin satu dengan yang lainnya seperti sebuah bangunan, satu sama lain saling menguatkan” HR. Bukhari dan Muslim].

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan”. [HR al-Bukhâri dan Muslim].

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam”. [HR Bukhari, Muslim, Ahmad].

Semoga kita memahami sejarah tahun baru Islam dengan benar, menyikapinya dengan benar, juga mampu menggali maknanya dengan benar pula hingga mampu memicu semangat hijrah dalam diri, menuju iman, taqwa, taat, patuh, sabar, tabah, ikhlas, tawakkal, tawadhu, hikmah dari peristiwa, selalu bersyukur atas segala nikmat Allah SWT, ilmu yang bermanfaat, dan juga amal yang lebih baik, Aamiin.

2 respons untuk ‘1 Muharram 1437 H

Tinggalkan komentar